Kesalehan digital
Edy M. Yakub (Pengarang) ; Ana Okta Septiyana (Penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Bagaimana menciptakan sebuah kesalehan digital di zaman internet seperti sekarang? Alec Ross, pakar kebijakan teknologi Amerika Serikat, dalam buku War in 140 Characters - How Social Media is Reshaping Conflict in The Twenty-First Century karya David Patrikarakos, menyebut internet sebagai kekuatan paling disruptif untuk sebuah negara bangsa berdaulat. Dinamika media sosial merupakan contoh betapa bisa mengganggunya internet. Media sosial sebagai bagian dari dunia maya seringkali bukan menjadi media silaturahim, namun sebaliknya semakin berjauhan, karena adanya perundungan, makian, dan mengarah pada sosial, sehingga terjadi disintegrasi. Dunia maya mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Hari-hari kita makin lekat dengan media sosial. Riset We Are Social per Februari 2022 menyebutkan, total ada 191 juta pengguna media sosial di Indonesia, melonjak dari posisi Januari 2021 yang sebesar 170 juta orang. Riset perilakunya menunjukkan, rata-rata netizen Indonesia menghabiskan 8 jam 36 menit per hari untuk berinternet; dan 3 jam 17 menit per hari untuk mengakses media sosial. Yang agak memprihatinkan, dunia maya dipenuhi percakapan yang bising, mengabaikan etika, dan olok-olok. Kritik dimaknai salah kaprah. Orang tak bisa membedakan antara kritik yang bermanfaat untuk publik, karena menyasar kebijakan/keputusan yang salah dan merugikan publik, dengan caci maki yang menyasar personal/individu/duniawi/politis. Buku ini menganjurkan dengan pendekatan argumentatif bahwa hari ini kita memerlukan kesalehan digital. Anjuran yang nyaring dan sangat layak didengar di tengah media sosial yang dipenuhi scanning, dubbing, editing atau tempelan, comotan dari fakta lain yang berbeda, framing/focusing, dan banyak proses rekayasa digital.