Sejarah aktivitas sosial dan politik : III
Cucu Rita Sary (Pengarang) ; Aep Tursaman (Pengarang)
Tersedia di:
Deskripsi
Selama kolonialisasi Belanda, Jayakarta yang berganti nama menjadi Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat Sultan Banten. Pada tanggal 30 Mei 1619, Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Keadaan Batavia yang kemudian diganti namanaya menjadi Jakarta, sebagai kota pelabuhan berubah total setelah jatuh ke tangan pemerintah pendudukan Jepang. Hiruk pikuk aktivitas perdagangan dan kapal-kapal tunda yang hilir mudik menggandeng kapal besar berubah menjadi pangkalan militer Jepang. Pada Maret 1942, Pelabuhan Tanjung Priok digempur habis-habisan oleh bala tentara Jepang sehingga membuat perusahaan-perusahaan pelabuhan dan perdagangan Belanda melarikan diri ke pelabuhan-pelabuhan di Australia. Mereka juga turut serta membawa para montir kapal dan pelaut dari Hindia ke negeri pembuangan, Australia. Penguasa militer Jepang juga menebar ranjau-ranjau di sepanjag pantai kepulauan Seribu dan Tanjung Priok untuk menghadang kapal-kapal musuh yang akan masuk ke pelabuhan.