JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh
Pinjam buku ini
Memories of a Name

Memories of a Name

L. Zeth (Pengarang) ; Grace Situngkir (Editor)

Edisi cetakan pertama
Penerbit Jakarta : Elex Media Komputindo, 2025; © L. Zeth
Deskripsi Fisik 288 halaman ; 20 cm
ISBN 9786230068546
Subjek Fiksi Indonesia / Novel
Bahasa Indonesia
Call Number KC/813 L. m

Tersedia di:

Koleksi belum dapat dipinjam atau dibaca di tempat

Deskripsi

Sepuluh jam. Lima orang. Satu nama. Ketika membuka mata, tiba-tiba saja Matthew sudah berada di sekolah lamanya, SMA Polaris. Dia tidak ingat bagaimana caranya bisa sampai ke sekolah tersebut, padahal SMA Polaris sudah ditutup. Di tengah gelapnya sekolah itu, ponsel di tangan Matthew bergetar. Bukan, itu bukan ponsel Matthew, tapi benda itu berada dalam ranselnya tadi. Mungkin ada seseorang yang dengan sengaja memasukkannya ke sana. Pemuda itu menyalakan ponsel, dan pesan di layar berbunyi, “Sebutkan nama orang yang kalian bunuh tahun lalu!" Prolog: DUA PULUH NYAWA MELAYANG AKIBAT LEDAKAN DI SUATU BANK SWASTA Judul artikel yang ramai menghiasi berbagai media pemberitaan siang itu masih melekat di benak sesosok perempuan bergaun putih. Pelaku langsung menyerahkan diri usai melakukan aksinya dan mengakui perbuatannya didorong oleh sakit hati lantaran sang istri mengalami keguguran. Sang istri, yang merupakan pegawai bank tersebut, diduga terpeleset di tangga akibat ada seseorang yang menumpahkan air dan tidak membersihkannya. Perempuan malang itu segera dibawa ke rumah sakit, tapi nyawa bayinya tidak terselamatkan. Menurut pelaku peledakan, seandainya saja sosok yang menumpahkan air itu—atau pegawai lainnya—bersedia untuk peduli sedikit saja pada keselamatan orang lain, dia dan istrinya tidak akan kehilangan bayi yang sudah mereka nantikan selama sepuluh tahun tersebut. “Kau kalah lagi.” Lelaki berjubah hitam yang berdiri di depan perempuan bergaun putih menyeringai penuh kepuasan. “Sudah kubilang kan, manusia itu makhluk egois. Mereka hanya mementingkan diri sendiri!” Perempuan bergaun putih tidak menyahut. Berawal dari keyakinannya pada umat manusia, dia mengiakan ajakan laki-laki berjubah hitam untuk bermain dengan mempertaruhkan wilayah kekuasaan mereka. Pada pertaruhan terakhir, dia bertaruh pada orang yang menumpahkan air tersebut. Dia begitu yakin orang itu tidak akan berlalu begitu saja, tapi dia salah. Yang lebih parah, orang itu memilih bunuh diri usai mengalami luka bakar parah akibat ledakan tersebut

Ulasan

Belum ada ulasan untuk buku ini. Jadilah yang pertama untuk mengulas!