“Soya ada baiknya kamu berkemas-kemas. Siapkan segala apa yang sekiranya nanti diperlukan disana…” “Ma, Soya tidak memerlukan apa-apa selain selembar sajadah dan mukenah…” “Ya sudah. Nanti Mama belikan ya, Sayang…” Dina berkata dengan wajah berseri. Soya yang akhirnya mengetahui siapa ayah dan ibunya yang sesungguhnya, berjuang penuh tabah menghadapi peristiwa-peristiwa berat yang beruntun menabrak hidupnya. Ia memutuskan tinggal di pesantren sementara waktu untuk bertahalli, berintropeksi, dan mencuci diri. Mengapa semua petaka ini menimpanya? Mengapa Allah tak kunjung henti mengembangkan langit hitam penuh luka dan nestapa dalam helai-helai kehidupannya selama ini? Apanya yang salah?