Cleopatra : Kisah hidup sang ratu yang sebenarnya
SCHIFF, Stacy ; INAYATI, Farida
Tersedia di:
Deskripsi
Kisah hidup Cleopatra, Ratu Mesir Kuno, selalu menghipnotis khalayak. Di buku ini akan diuraikan riwayat hidupnya dan analisa dari author. Di paruh pertama buku ini, saya sempat kecewa karena gaya penceritaan author, tidak berbeda jauh dgn buku Cleopatra yg sebelumnya saya baca, karya Duane W. Roller. Terlalu banyak data informasi yg tidak penting diumbar dan ditumpahkan dalam tisp paragraf, walhasil malah bikin tambah mumet yg baca. Mungkin seandainya author memilih menggunakan kalimat2 sederhana dan efektif, saya lebih bisa menikmati membaca buku ini. Entah juga terjemahannya kurang bagus, adakalanya enak dibaca tapi sebagian besar kalimat-kalimat terjemahan ini membuat saya mengerutkan kening. Jalan cerita bergulir lebih menarik setelah kematian dramatis Julius Caesar. Terbentuknya triumvirat antara Marc Antony, Octavian, dan Lepidus, mengantarkan Antony ke pangkuan Cleopatra, yg sebelumnya adalah mistress Caesar. Author cukup menarik mendeskripsikan betapa inovatifnya Cleopatra saat pertama kali berjumpa dgn Caesar dlm gulungan karung. Atau kesenjangan modern dan kebudayaan antara masyarakat kota Roma dan kota Alexandria, ibukota Mesir, dimana saat era Cleopatra merupakan kota megapolitan, paling maju di dunia dan terkenal memiliki perpustakaan terbesar di dunia. Cara perbedaan pandangan ttg wanita Roma dan wanita Mesir bagaikan wanita udik versus wanita canggih, menunjukkan saat itu Mesir adalah pusat kebudayaan dunia walaupun statusnya adalah kerajaan vazal Romawi. Tidak mengherankan kedua jendral terbesar dan terbaik di dunia, menyukai dan mencintai Cleopatra. Dia wanita yg sekaya Croesus, sangat pintar dan lihai dalam politik, manipulator ulung serta dramatis, juga dipastikan cantik jelita dan master urusan ranjang (baik Caesar maupun Antony adalah womanizer ulung di zamannya). Sayangnya, mungkin karena selalu mendapatkan keberuntungan dlm hidupnya, Cleopatra jadi lupa diri, tinggi hati dan egosentris. Diperparah lagi dgn sifat Antony yg hedonis habis, suka pamer dan mencari popularitas, juga mabuk kepayangnya terhadap Cleopatra, menyebabkan pembelotan dan desersi dari bawahan2 Antony terus-menerus, termasuk dari Raja Herodes yg terkenal itu, ke pihak Octavian, anak angkat Caesar sekaligus mantan ipar Antony dan mantan rekan di triumvirat. Setelah menghabisi musuh bersama mereka (orang-orang yg berkoalisi membunuh Caesar diburu oleh mereka), persekutuan Antony dan Octavian bubar. Dan mulailah perang propaganda dan rumor yg menegaskan kedua pihak adalah pakar dgn talenta luar biasa dlm merusak nama baik. Persaingan kedua pria ini akhirnya menyeret Cleopatra juga dgn disebarkan gossip bhw dia bermaksud melalui Antony, utk menjadikan Romawi salah satu provinsi Mesir. Akhirnya peperangan memuncak di Actium dgn kekalahan telak di pihak Antony - Cleopatra. Kematian Cleopatra yg sensasional dgn menggunakan bisa ular, kemungkinan besar mustahil utk dilakukan, bisa jadi selama ribuan tahun ini kita digiring menuju kesesatan fakta oleh Octavian. Walau ular kobra adalah lambang simbolis kerajaan Mesir, kematian dgn menggunakan ular sangat tidak praktis mengingat jangka waktu ditemukannya Cleopatra meninggal sangat cepat. Saya cuma bisa membayangkan, seandainya Antony - Cleopatra menang di Actium, sejarah akan ditulis dgn cara berbeda. Chauvinisme tidak akan laku. Sebab wanita akan setara dgn pria. Cleopatra tidak akan menjadi tokoh antagonist yg bahkan dipandang rendah oleh kaum gendernya sendiri. Cleopatra bakal menjadi pahlawan dan sumber inspirasi kaum wanita, bukan ratu pelacur yg dilabeli hingga saat ini.