Integrasi sosial dan gender dalam upaya membangun wirausaha perhutanan sosial berbasis masyarakat yang produktif dan berkelanjutan
Samanta ; Pelita Sumba ; Koppesda ; Lapak Sultra
Tersedia di:
Deskripsi
Tulisan ini disusun sebagal bagian dari pengelolaan pengetahuan yang diperoleh sela implementasi proyek "Membangun Wirausaha Perhutanan Sosial yang Produktif dan Berkelanjutan di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggar Proses yang telah berjalan ini memberikan pengetahuan yang kaya yang dapat menjad pembelajaran bagi kegiatan serupa di masa depan. Proyek Kemakmuran Hijau yang dipimpin oleh MCA-Indonesia dan diimplementasikan oleh Konsorsium Kemitraan bersama-sama dengan SAMANTA, LAPAK Sultra, KOPPESDA dan Pelita Sumba selama 18 bulan pada pertengahan tahun 2016 sampai dengan akhir 2017 turut menjadi bagun dari perjuangan panjang masyarakat petani dalam mengupayakan penghidupan yang layak melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang lestari dan berkelanjutan. Upaya-upaya pelibatan perempuan dalam proyek-proyek terkait pemanfaatan das pengelolaan sumber daya alam memiliki tantangan tersendiri karena persoalas pengelolaan sumberdaya alam merupakan persoalan pelik yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Persoalan-persoalan perempuan seringkali tersembunyi di bawah persoalan-persoalan besar yang dipandang menduduki prioritas lebih tinggi. Laki-laki yang secara sosial dan budaya diakui sebagai kepala keluarga dalam unit sosial terkecil masyarakat, menjadi aktor utama dalam berbagai kegiatan dalam program-program pemberdayaan masyarakat yang diimplementasi terkait pengelolaan sumberdaya alam sebelumnya. Sementara itu, perempuan seringkali dipandang sebagai aktor ikutan pendukung kerja besar yang dilakukan oleh laki-laki. Namun jika dipelajari secara lebih mendalam, perempuan juga merupakan aktor utama dalam pengelolaan sumber daya alam karena secara langsung perempuanlah yang memastikan pemenuhan kebutuhan keluarga, terlepas dari seberapa balk atau buruknya pun konteks kehidupan keluarga. Perempuan sesungguhnya menjadi kunci dalam keberlanjutan sebuah program karena perempuan memiliki kepentingan besar untuk memastikan terjaganya sumber-sumber penghidupan keluarga. Meskipun perempuan merupakan kunci dalam keberhasilan program, kebutuhan- kebutuhan dan konteks hidup perempuan tidak jarang diabaikan dalam perencanaan program. Terlebih, ketidaksetaraan relasi gender yang mengakar pada sistem sosial budaya yang dianut masyarakat seringkali membuat posisi perempuan menjadi lebih rentan terhadap berbagai ketidakadilan berbasis gender yang terjadi. Jika ini diabaikan. maka tujuan besar pemberdayaan masyarakat tidak akan tercapai karena perempuan tertinggal di belakang. Tulisan ini ditujukan untuk melakukan analisa sejauh mana perencanaan pelibatan perempuan terlaksana dalam proyek ini. Secara khusus, tulisan ini mengangkat tiga studi kasus yang diambil di 3 Kabupaten dampingan Konsorsium Kemitraan di Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Sumba Timur. Di Kabupaten Kolaka diangkat proses-proses pelibatan aktif perempuan dalam berbagai kegiatan yang dijalankan, dengan fokus peningkatan pemanfaatan lahan, pemeliharaan tanaman, pengolahan pasca panen dan pengembangan kelembagaan ekonomi dalam budidaya tanaman jahe. Studi kasus dari Kabupaten Sumba Timur bercerita mengenai penguatan perempuan petani untuk mengambil bagian aktif dalam upaya-upaya perluasan ruang kelola masyarakat, dengan pengusulan kelompok wanita tani sebagai pemegang izin pemanfaatan hutan. Tulisan ini secara khusus memotret persoalan-persoalan dalam pelibatan aktif perempuan tani dalam upaya perluasan ruang kelola masyarakat dan kegiatan penguatan perempuan tani untuk meningkatkan sensitivitas gender. membangun kesadaran hukum kritis dan literasi keuangan sederhana dari kelompok wanita tani di 3 desa di Kabupaten Sumba Timur, NTT. Sedangkan di Kabupaten Lombok Tengah diangkat pembelajaran dari pengembangan kelompok usaha masyarakat yang dibangun oleh kelompok petani perempuan dan kelompok tani hutan di 3 desa dampingan di Kabupaten Lombok Tengah, NTB: khususnya dalam proses-proses pengolahan pasca panen untuk peningkatan nilai jual. pengemasan dan pemasaran.