Inses, seksualitas, dan teologi : menuju teologi tubuh menurut perspektif teologi feminis lintas agama di Indonesia
Obertina Modesta Johanis (Pengarang) ; Veronica B. Vonny (editor)
Tersedia di:
Deskripsi
Keluarga seharusnya menjadi tempat yang paling aman bagi penghuninya, termasuk (anak) perempuan. Namun, rasa aman itu tidak dirasakan oleh (anak) perempuan korban inses. Ayah, abang, kakek, atau paman mereka, yang seharusnya menjadi pelindung, justru menjadi pemangsa. Tindakan inses tersebut bisa berlangsung dalam periode waktu yang lama tanpa diketahui siapa pun. Korban tidak dapat menyuarakan pengalaman kekerasan seksual yang mereka alami sebab itu sama artinya dengan membuka aib keluarga dan biasanya korban juga selalu diancam pelaku. Dampaknya tentu saja menghancurkan dan menimbulkan trauma yang sangat dalam hingga korban dewasa. Korban/penyintas kehilangan potensi untuk hidup sebagai seorang manusia karena tubuhnya telah diambil paksa oleh pelaku dan seksualitasnya dirusak.