Ilunga
Clara Amanda (Pengarang) ; Wulan Mardiana (Penyunting)
Tersedia di:
Deskripsi
Di tengah hujan yang turun dengan cepat, mereka berdua saling menatap dalam diam. Menatap dalam jarak yang cukup jauh hingga salah satu dari mereka mulai lelah akan segala hal yang terjadi di dalam dirinya. Banyak orang yang mengatakan hal romantis dari hujan adalah mau kembali meski tahu rasanya jatuh berkali-kali. Jika menjadi romantis harus seperti itu, maka Sherly menyerah dari awal. Ia tidak bisa seperti hujan yang mau jatuh berkali-kali, menahan rasa sakitnya dan kembali lagi seperti biasa. Ia tidak akan bisa, karena hatinya tak akan pernah siap. Azka mendekat, ia menatap luruh ke arah kelopak mata Sherly. Tatapan itu sama sekali tidak mengganggu Sherly. Sherly masih saja menatap hujan, bukan ke arahnya lagi. “Gue tahu akan itu semua, Ly. Gue juga nggak pernah nyuruh lo jadi hujan.” Azka tak perlu hal romantis seperti itu. Yang ia perlukan hanyalah kehadiran seseorang yang mengerti dirinya dengan sesungguhnya, menerima kelemahan yang membuatnya tidak bisa seperti laki-laki lainnya, menegur dirinya ketika salah, dan hadir di sampingnya kapan pun itu. Azka tak pernah meminta Sherly untuk menjadi hujan, ia hanya ingin Sherly memahami segalanya. Namun, bagaimana Sherly bisa menjadi seperti yang Azka inginkan, ketika semua hal yang sudah diberikan untuk Azka dinodai begitu saja?