Siapakah yang berkuasa menyebut seseorang dalam kondisi sehat atau sakit? Gagasan sederhana tersebut yang menjadi titik awal dari ide buku ini. Secara cermat dan tajam, kedua penulis berhasil mencelikkan mata publik terkait dominasi nalar instrumentalis dalam praktik kedokteran yang masih cenderung menempatkan pasien sebagai objek semata. Buku ini mengajak pembaca untuk bertualang dalam labirin tiga gagasan besar: tindakan komunikatif Habermas, genealogi rumah sakit Foucault, dan praktik wacana Fairclough. Buku yang penting dibaca oleh praktisi dan akademisi di bidang medis maupun sosial, dan siapa saja yang memimpikan praktik klinis sebagai ruang publik kesehatan yang egaliter. Selamat membaca!