Tak ada yang lebih memesona dibandingkan pemandangan saat subuh. Saat gelap sisa semalam mengalah dan memberikan kesempatan pada pagi untuk menyambut mentari, sang dewa kehidupan. Pada saat itulah Wengi merasa bahwa malam tak seegois dirinya. Ia senang menyaksikan pergantian gelap menjadi terang dan senyap menjadi ingar itu setiap hari. Setelah saat shalat Subuh, ia akan naik ke atap rumahnya dan duduk memeluk lutut di atas sebuah kursi kayu butut ditemani segelas kopi hitam pahit.