JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh

BACA JAKARTA II

7 Mei 2023 - 22 Mei 2023
Triwulan 2

10244

Partisipan saat ini

0

Partisipan diundang

Deskripsi

Yuk, ikutan Tantangan Baca Jakarta selama 14 hari. Sebuah tantangan membaca untuk masyarakat semua usia yang tinggal di Jakarta maupun luar Jakarta. Bergembira bersama sambil mencerdaskan masyarakat DKI Jakarta, juga Indonesia.

Dari tanggal 7 - 20 Mei kita bersama-sama membaca sekaligus beraktivitas literasi di mana pun dan kapan pun.

#DenganBacaKitaBisa #SalamLiterasi

 

Lihat tutorial Baca Jakarta 2023 di sini: Tutorial Baca Jakarta

Bagikan event ini:

Aktivitas Peserta

Devano Aditya Alvaro
Devano Aditya Alvaro
1 tahun yang lalu

kepantai karena saya suka keindahan pantai,dan bisa berenang.

Rakha Naufal Kurniawan
Rakha Naufal Kurniawan
1 tahun yang lalu

Pantai..karena bisa main air dan pasir..

Muhammad Nazmi Zain
Muhammad Nazmi Zain
1 tahun yang lalu

Saya lebih suka jalan-jalan ke pantai karena bisa bermain air dan pasir sambil merasakan angin pantai, serta melihat matahari terbenam dipantai.

Keenan adhyastha palupi
Keenan adhyastha palupi
1 tahun yang lalu

Aku lebih suka ke gunung karna di atas peuncak gunung sangat indah

Abdul rohim SDN Cakung Barat 15
Abdul rohim SDN Cakung Barat 15
1 tahun yang lalu

Pantai, karena pemandangan nya indah, bisa bermain dan berenang.

Abdul bakri ghozali
Abdul bakri ghozali
1 tahun yang lalu

Perpustakaan, karena tempat tersebut lebih tenang dan tidak berisik yang membuat saya nyaman saat membaca buku

Nur Asiyyah
Nur Asiyyah
1 tahun yang lalu

Buku maling kundang Malin Kundang, Mande Rubiyah (Ibu Malin Kundang), Istri Malin Kundang, dan Nahkoda Kapal.  Alkisah, di pesisir pantai daerah Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu bersama anak kesayangannya yang bernama Malin. Sejak suaminya meninggal, Ibu Malin harus berjuang mati-matian untuk menghidupi Malin. Meskipun begitu, ia tetap merasa bahagia karena Malin merupakan anak yang penyayang. Dia juga sangat manja. Malin akan selalu menemani ibunya bekerja menjual ikan. Semakin hari, Malin semakin beranjak dewasa. Ia merasa sudah saatnya untuk menggantikan ibunya bekerja. Namun, Malin memiliki keinginan lain ketika melihat banyak teman sebayanya bisa kaya raya dalam waktu cepat setelah berjualan di kota. Perbesar Ilustrasi Pantai dalam Cerita Dongeng Pendek "Malin Kundang". Foto: Freepik “Mak, Malin ingin merantau ke kota seberang. Malin akan menghasilkan banyak uang untuk Emak dari sana.” Ibu Malin sangat terkejut mendengar keinginan putra kesayangannya itu. ADVERTISEMENT “Jangan, Malin. Tetaplah di sini bersama Emak. Emak tidak ingin ada hal buruk yang menimpamu jika merantau ke kota.” Malin berupaya meyakinkan ibunya bahwa ia akan baik-baik saja di kota. Dengan hati yang gelisah, Ibu Malin melepaskan putranya yang hendak merantau. “Hati-hati di sana ya, Nak. Jangan lupa untuk cepat pulang.” Ibu Malin memeluk Malin dengan sangat erat. Dia melambaikan tangan di tepi Pantai Air Manis untuk mengantarkan kepergian Malin. Beberapa lama kemudian, Malin tidak kunjung pulang ke rumah. Bertahun-tahun, ibunya hanya hidup sendirian. Hingga pada suatu hari, Ibu Malin mendapatkan kabar dari salah satu anak temannya yang juga merantau di kota seberang. “Malin sudah menikah dengan putri seorang bangsawan, Bu. Dia tidak mungkin akan kembali ke sini,” jelas anak teman Ibu Malin yang baru saja kembali dari kota seberang. ADVERTISEMENT “Tidak, Malin pasti akan kembali.” Dua bulan kemudian, Istri Malin yang sedang hamil mengidamkan berlibur ke Pantai Air Manis. Karena sangat menyayangi istrinya, Malin mengabulkan permintaan istrinya itu. Di dalam perjalanan, Malin teringat dengan ibunya. Malin merasa malu jika ia harus mengenalkan ibunya kepada istrinya. Saat kapal mereka sudah menepi di pinggir pantai, Ibu Malin yang sedang berjualan ikan melihat anaknya dari kejauhan. Ia sangat yakin itu adalah Malin. Sang ibu bergegas berlari dan memeluk tubuh Malin. “Lepaskan! Siapa kau?” Ibu Malin terkejut ketika tubuhnya didorong oleh Malin. “Malin, ini aku, ibumu.” “Ibu? Apa perempuan lusuh ini ibumu? Kenapa kau berbohong, Malin? Kau bilang kau anak bangsawan sepertiku!” Istri Malin sangat marah menemukan kebohongan Malin yang terungkap. ADVERTISEMENT “Tidak, dia bukan ibuku!” Malin bersikeras tidak mengakui ibunya. Ia bahkan menarik tubuh istrinya untuk meninggalkan pantai. Ibu Malin merasa sangat sedih sekaligus marah. Iapun berdoa kepada Tuhan dan menyumpahi Malin agar dikutuk menjadi batu. Langit bergemuruh setelah doa itu terdengar. Perbesar Ilustrasi Badai dalam Cerita Dongeng Pendek "Malin Kundang". Foto: Freepik Malin menyesali perbuatan yang ia lakukan kepada ibunya. “Ibu maafkan anakmu yang durhaka ini!” Teriakan Malin sia-sia karena tidak lama setelahnya, kapal Malin terombang-ambing oleh ombak hingga karam dan terpecah. Keesokan paginya, semua orang di Pantai Air Manis terkejut menemukan banyak kepingan kapal yang berserakan. Namun, mereka lebih terkejut saat menemukan batu berbentuk manusia tengah bersujud. Kutukan Ibu Malin menjadi nyata. Ia menemukan anaknya yang ia kutuk menjadi batu. Ibu Malin menangis dan menyesali ucapannya. ADVERTISEMENT Selesai. Itulah Ma, cerita dongeng singkat “Malin Kundang” yang berasal dari Sumatera Barat. Batu Malin Kundang bahkan dapat kita temukan langsung lho di Pantai Air Manis, Sumatera Barat. Dari cerita ini, Mama-Mama juga bisa mengajarkan pesan moral yang terkandung di dalamnya kepada anak. Dari cerita dongeng singkat “Malin Kundang”, kita diajarkan untuk tidak boleh durhaka pada orang tua karena bagaimana pun mereka adalah orang yang paling berjasa bagi kehidupan

DWI SATRIO WIGUNA
DWI SATRIO WIGUNA
1 tahun yang lalu

Saya lebih suka pantai karena di pantai saya merasa lebih bisa melakukan banyak hal. seperti main air, tiduran dipasir dan menikmati debur ombak dan angin laut dibawah pepohonan.

Annisa Arthalitasari
Annisa Arthalitasari
1 tahun yang lalu

Kamar karena bisa sambil bersantai