Raden Shakira Albinia Aileen
2 tahun yang lalu
Tokoh kesukaan saya adalah Kinara, karena dia sangat perhatian terhadap orang sekitar nya dan juga dia sangat positive vibes
Refalita Kneefel
2 tahun yang lalu
Saya lebih suka jalan jalan ke pantai karna kita disana bisa melihat keindahan alam, seperti sunset ataupun sunrise.
AHMAD MUZAKKI
2 tahun yang lalu
Saya pribadi lebih suka jalan-jalan ke gunung, karena pemandangannya yang indah. Disana juga sangat sejuk udaranya, terdapat banyak tumbuhan yang membuat sangat hijau.
Azhura Dwinda Rosama
2 tahun yang lalu
Saya lebih suka pergi ke jalan-jalan pantai dikarenakan pemandangan yang indah, di sertai ombakan kecil dari air pantai tersebut. Apalagi untuk saya yang suka melihat matahari terbit atau terbenam, pantai adalah tempat yang paling cocok untuk melihat hal tersebut
Nuraini habibi
2 tahun yang lalu
Malin Kundang= antagonis
Mande Rubiyah (Ibu Malin Kundang)= protagonis
Istri Malin Kundang= antagonis
dan Nahkoda Kapal.
Alkisah, di pesisir pantai daerah Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu bersama anak kesayangannya yang bernama Malin. Sejak suaminya meninggal, Ibu Malin harus berjuang mati-matian untuk menghidupi Malin. Meskipun begitu, ia tetap merasa bahagia karena Malin merupakan anak yang penyayang. Dia juga sangat manja. Malin akan selalu menemani ibunya bekerja menjual ikan.
Semakin hari, Malin semakin beranjak dewasa. Ia merasa sudah saatnya untuk menggantikan ibunya bekerja. Namun, Malin memiliki keinginan lain ketika melihat banyak teman sebayanya bisa kaya raya dalam waktu cepat setelah berjualan di kota. “Mak, Malin ingin merantau ke kota seberang. Malin akan menghasilkan banyak uang untuk Emak dari sana.” Ibu Malin sangat terkejut mendengar keinginan putra kesayangannya itu. “Jangan, Malin. Tetaplah di sini bersama Emak. Emak tidak ingin ada hal buruk yang menimpamu jika merantau ke kota.”
Malin berupaya meyakinkan ibunya bahwa ia akan baik-baik saja di kota. Dengan hati yang gelisah, Ibu Malin melepaskan putranya yang hendak merantau.
“Hati-hati di sana ya, Nak. Jangan lupa untuk cepat pulang.” Ibu Malin memeluk Malin dengan sangat erat. Dia melambaikan tangan di tepi Pantai Air Manis untuk mengantarkan kepergian Malin.
Beberapa lama kemudian, Malin tidak kunjung pulang ke rumah. Bertahun-tahun, ibunya hanya hidup sendirian. Hingga pada suatu hari, Ibu Malin mendapatkan kabar dari salah satu anak temannya yang juga merantau di kota seberang.
“Malin sudah menikah dengan putri seorang bangsawan, Bu. Dia tidak mungkin akan kembali ke sini,” jelas anak teman Ibu Malin yang baru saja kembali dari kota seberang.“Tidak, Malin pasti akan kembali.”
Dua bulan kemudian, Istri Malin yang sedang hamil mengidamkan berlibur ke Pantai Air Manis. Karena sangat menyayangi istrinya, Malin mengabulkan permintaan istrinya itu. Di dalam perjalanan, Malin teringat dengan ibunya. Malin merasa malu jika ia harus mengenalkan ibunya kepada istrinya.
Saat kapal mereka sudah menepi di pinggir pantai, Ibu Malin yang sedang berjualan ikan melihat anaknya dari kejauhan. Ia sangat yakin itu adalah Malin. Sang ibu bergegas berlari dan memeluk tubuh Malin.
“Lepaskan! Siapa kau?” Ibu Malin terkejut ketika tubuhnya didorong oleh Malin.
“Malin, ini aku, ibumu.”
“Ibu? Apa perempuan lusuh ini ibumu? Kenapa kau berbohong, Malin? Kau bilang kau anak bangsawan sepertiku!” Istri Malin sangat marah menemukan kebohongan Malin yang terungkap “Tidak, dia bukan ibuku!”
Malin bersikeras tidak mengakui ibunya. Ia bahkan menarik tubuh istrinya untuk meninggalkan pantai.
Ibu Malin merasa sangat sedih sekaligus marah. Iapun berdoa kepada Tuhan dan menyumpahi Malin agar dikutuk menjadi batu.
Langit bergemuruh setelah doa itu terdengar. Malin menyesali perbuatan yang ia lakukan kepada ibunya.
“Ibu maafkan anakmu yang durhaka ini!”
Teriakan Malin sia-sia karena tidak lama setelahnya, kapal Malin terombang-ambing oleh ombak hingga karam dan terpecah.
Keesokan paginya, semua orang di Pantai Air Manis terkejut menemukan banyak kepingan kapal yang berserakan. Namun, mereka lebih terkejut saat menemukan batu berbentuk manusia tengah bersujud.
Kutukan Ibu Malin menjadi nyata. Ia menemukan anaknya yang ia kutuk menjadi batu. Ibu Malin menangis dan menyesali ucapannya.
Saya suka alam, selain alam saya juga sangat suka pantai, saya memilih pergi ke pantai, karena saya sangat suka pantai, pasir putih dan air biru membuatnya sangat indah, saya juga sangat suka melihat matahari terbenam di pantai, melihat matahari terbenam di pantai sangat nyaman dan tenang, berenang sambil menikmati matahari terbenam di pantai sangat indah dan cantik
Kanaya Tri Agustin
2 tahun yang lalu
Saya membaca buku novel laut bercerita,Novel oleh Leila Salikha Chudori. Laut bercerita menceritakan terkait perilaku kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Biru laut : enerjik/ bersemangat, Gusti : dingin dan dermawan, Alex: baik dan sopan , Daniel : manja dan cerewet, sunu : Bijaksana dan pendiam dll.