Siti munika
2 tahun yang lalu
Aku suka membaca buku di perpustakaan, karna selain banyak pilihan buku nya perpustakaan juga tempat yang nyaman untuk membaca buku agar lebih konsentrasi
Zhafira faqihatul ghannie
2 tahun yang lalu
Aku suka membaca buku di perpustakaan cikini atau taman ismail marzuki,karena disana ada beraneka ragam buku - buku tempat bacanya sangat luas ada tempat bermain juga disitu jadi saat aku sudah bosan membaca aku bisa bermain lalu lanjut lagi tapi meski dibilang taman itu tidak diluar ruangngan kok justru seperti gedung aju suka karna disana dingin..... tempat bacanya juga enak.nah aku juga hobi banget baca dikamar pulang sekolah aku langsung ganti baju makan lalu membaca buku deh sambil nyalain kipas, ya itu hobi aku banget,sebelum tidur aku tuh kaya ngerasa kalau belum baca buku rasanya seperti tak kelisah,tak tenang,dan merasa resah... jadi sebelum tidur aku rajin baca buku walau hanya buku cerita
Raisa Yulianti
2 tahun yang lalu
Perpustakaan
Di perpustakaan bisa memilih bacaan karena ada banyak buku yang tersedia dan suasana yang sunyi.
Davina Nathaniela
2 tahun yang lalu
Buku berjudul kenakalan remaja, di buku tersebut dituliskan pengereman kenakalan kenakalan remaja yang bisa dilakukan, mulai dari lingkungan keluarga sekolah maupun lingkungan.
Farra Marquera
2 tahun yang lalu
Diperpustakaan sekolah dan dirumah.
Endah Cristina
2 tahun yang lalu
Saya suka membaca buku di kamar saya karena tempatnya nyaman.
Hafizd Putuaraq Ramadhan
2 tahun yang lalu
Buku: Malin Kundang
Malin Kundang merupakan seorang anak yang tinggal di desa pesisir. Ibunya sudah tua dan merupakan seorang janda. Ibunya bernama Mande Rubayah.
Ia membesarkan anaknya seorang diri dengan penuh kasih sayang. Mande Rubayah selalu berusaha bekerja keras demi menghidupi anaknya. Suatu hari ketika sudah dewasa, sang anak berniat untuk berlayar pergi ke kota demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak untuk dirinya dan orang tuanya.
Dengan berat hati, Mande Rubayah mengizinkan kepergian Malin Kundang ke kota. Malin Kundang berjanji akan pulang untuk ibunya. Namun tahun demi tahun berlalu, Malin Kundang tak kunjung pulang sementara sang ibu sudah semakin tua.
Ternyata di kota, Malin Kundang sudah menikah dengan anak seorang saudagar kaya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Suatu hari, Malin Kundang melakukan perjalanan ke desa tempatnya tinggal.
Di sana semua nelayan menyambut kedatangan rombongan saudagar kaya itu. Kemudian Mande Rubayah yang masih mengenali anaknya menghampiri Malin Kundang dan berkata “Anakku, kemana saja kau? Benarkan kau Malin Kundang anakku?” ungkapnya.
Hanya saja, Malin Kundang menampik dan mengatakan kalau ibunya bukan orang miskin seperti orang yang saat ini ada di hadapannya. Betapa sakit hati Mande Rubayah mengetahui anak yang sudah dibesarkan sejak kecil melupakan dan malah menghardiknya di depan banyak orang.
Mande Rubayah pun tak bisa menahan air matanya. Ia pulang dengan menangis seraya berdoa, “Tuhan, jika pria itu bukan Malin Kundang, tolong maafkan perbuatannya. Namun jika pria itu benarlah anakku, Malin Kundang tolong berikan keadilan pada hamba”.
Tiba – tiba hujan lebat turun. Kapal Malin Kundang yang akan pulang dihantam badai besar yang membuatnya hancur berkeping – keping saat itu juga. Tubuh Malin Kundang pun terbawa ombak sampai ke pesisir pantai.
Pagi harinya, para nelayan melihat sebuah batu besar yang berwujud seperti manusia di pinggiran pantai. Diyakini bahwa batu besar tersebut adalah batu jelmaan anak durhaka, Malin Kundang.