Muhammad Faqih
2 tahun yang lalu
Dongeng tentang Kancil dan Buaya
Pada suatu hari, si Kancil, binatang yang katanya cerdik itu, tengah berjalan-jalan di pinggir hutan. Berhubung di dalam hutan itu terlalu gelap karena pohon-pohonnya juga sangat lebat, maka dirinya hanya ingin mencari udara segar sambil melihat matahari yang cerah bersinar. Si Kancil ingin berjemur sebentar di bawah terik matahari. Tepatnya setelah sampai di pinggir sungai besar, dirinya merasa perutnya lapar sekali.
“Krucuk…krucuk…” begitu kira-kira bunyi perut si Kancil yang tengah merasa lapar. Lantas, si Kancil membayangkan betapa enaknya kalau dirinya makan makanan kesukaannya yaitu timun. Namun sayangnya, kebun timun yang berbuah ranum itu ada di seberang sungai besar itu. Si Kancil diam dan berpikir akan bagaimana cara menyeberangi sungai besar ini ya…
Si Kancil terus berpikir mencari akal mengenai bagaimana cara dirinya dapat menyeberangi sungai besar ini tanpa harus menyentuh airnya yang dingin dan deras itu. Tiba-tiba, si Kancil memandang beberapa buaya yang asyik berjemur di tebing sungai. Memang sudah kebiasaan mereka untuk berjemur terutama ketika matahari tengah terik seperti ini. Tanpa menunggu waktu yang lama lagi, Si Kancil langsung menghampiri salah satu buaya yang tengah berjemur itu.
“Hai buaya, apa kabarmu hari ini?”
Buaya yang kala itu masih asyik menikmati cahaya matahari lantas membuka matanya dan mendapati ada Si Kancil yang tengah menyapa. “Kabar baik. Ada apa kamu kemari?”, tanya Buaya kepada Si Kancil.
“Aku kemari untuk membawakan kabar gembira untukmu dan para kawananmu”, jawab Si Kancil dengan wajah bahagia. Mendengar perkataan tersebut, tentu saja Buaya tidak sabar mendengar kabar gembira yang dimaksudkan oleh Si Kancil. “Segera ceritakan apa kabar gembira tersebut!”
Si Kancil kemudian berkata, “Aku kemari karena diperintahkan oleh Raja Hutan kita supaya menghitung jumlah buaya yang ada di sungai ini, sebab Sang Raja Hutan hendak memberikan hadiah kepada kamu dan para kawananmu semua…”
Mendengar nama Raja Hutan tentu saja langsung membuat Buaya percaya dengan pembicaraan tersebut. “Baiklah, Kancil. Kamu tunggu di sini dahulu, aku akan turun ke dasar sungai untuk memanggil semua kawananku”, kata Buaya langsung merangkak secara cepat menuju dasar sungai. Sementara menunggu Buaya dan kawanan lainnya datang, Si Kancil tengah berangan-angan untuk segera menikmati timun favoritnya.
Tak lama kemudian, semua buaya yang awalnya berada di dasar sungai telah berkumpul di tebing sungai. Si Kancil lantas memulai pembicaraan kembali, “Hai buaya sekalian. Aku kemari karena telah diperintahkan oleh Sang Raja Hutan untuk menghitung kalian semua. Sebab, Sang Raja Hutan hendak memberikan kalian semua hadiah istimewa pada hari ini. Maka dari itu, berbarislah kalian semua dari tebing sebelah sini sampai ke tebing sebelah sana ya…”
Mendengar perintah yang berhubungan dengan Sang Raja Hutan, tentu saja langsung membuat para buaya melaksanakannya tanpa membantah. Mereka langsung berbaris dengan rapi sesuai dengan perintah Si Kancil. “Nah Kancil, sekarang hitung kami semua”, kata salah satu buaya yang paling besar.
Si Kancil kemudian mengambil sepotong kayu yang berada di sekitarnya lalu melompat ke atas tubuh buaya pertama di tepi sungai. Dirinya mulai menghitung dengan menyebut, “Satu dua tiga lekuk, jantan betina aku ketuk”, sambil mengetuk kepala buaya hingga dirinya berhasil menyeberangi sungai besar tersebut. Setelah sampai di tebing seberang sungai, si Kancil langsung melompat gembira dan berkata, “Hai para buaya, apakah kamu tahu bahwa aku sebenarnya tidak membawa berita baik dari Sang Raja Hutan? Sebenarnya aku telah menipu kalian semua supaya dapat menyeberangi sungai besar ini. Ha…ha…ha…”
Melihat si Kancil yang tertawa-tawa sambil berkata demikian, para buaya merasa marah sekaligus malu karena telah diperdaya oleh Si Kancil. “Dasar kamu Kancil nakal nan licik. Awas kamu ya… Kalau bertemu lagi, akan kumakan kamu!” kata salah satu buaya.
Si Kancil sama sekali tidak takut dengan ancaman tersebut dan langsung berlari kegirangan meninggalkan para buaya untuk segera menuju kebun timun yang ranum. Dirinya segera menghilangkan rasa lapar di dalam kebun timun tersebut.
Timothy Ivander Tarigan
2 tahun yang lalu
Miss Jinjing Jakarta.
Buku ini bercerita mengenai kota Jakarta yang serba ada. Mulai dari trend mode terbaru, pusat perbelajaan, sampai kuliner di berbagai tempat.
Kayla Nur Ramadhani
2 tahun yang lalu
Novel Azzamine, berisi cerita tentang kisah cinta Azzam dan Jasmine yang bermula dari perjodohan. Namunnya, kisah cinta mereka terhalang oleh kehadiran Deka, kekasih Jasmine.
Valentino Carlo Pangaribuan
2 tahun yang lalu
Buku ini berjudul Komik 100 Peribahasa yang ditulis oleh Dian K dan Aan W.Buku ini menceritakan 100 komik dengan setiap peribahasa yang menarik untuk dibaca.
Bintang
2 tahun yang lalu
Perpustakaan nasional saya di sana membaca tentang global global dan mata uang setiap negara
Bianca Fitrazka Kyandraniji Wijoyo
2 tahun yang lalu
Buku yang saya baca pada pekan ini yaitu, "Voice Note Terakhir Bunda".
Yang di terbitkan Dar! Mizan.
Kisah tersebut menceritakan seorang anak bernama Alayya, tinggal bersama Bundanya.
Pada suatu hari Bundanya pergi dengan meninggalkan pesan berupa Voice Note bahwa Bunda hanya pergi sebentar ke Pasar.
Namun Bunda tidak kunjung datang.
Sampai akhirnya Ayah kembali untuk mencari Bunda.
Ternyata Bunda berada di Rumah Sakit, akibat kebakaran yang terjadi di Pasar tersebut.
Alfia ulfa
2 tahun yang lalu
Buku simalin kundang
Isi cerita buku tsb tentang ank durhaka
Rasya abidzar Darmawan
2 tahun yang lalu
Seribu wajah ayah, pengarang Nurun ala. Ketika sang ayah pergi meninggalkannya anak sangat sedih yang mendalam.