Zaskia Nirfalah Anzani
2 tahun yang lalu
Novel ini menceritakan tentang kisah Gadis, seorang perempuan yang harus tetap tangguh meski ia banyak merasakan kehilangan orang-orang yang dicintai dan disayanginya. Cerita dalam novel ini dikemas dengan apik hingga mampu membuat pembacanya turut merasakan kesedihan perasaan tokoh utamanya. Selain itu, novel ini juga memperkenalkan budaya Minang dan Jawa kepada pembacanya, seperti adat pesta pernikahan Minang yang biasa disebut baralek gadang. Pesta pernikahan khas Minang digambarkan sebagai acara yang sangat meriah karena ada hiburan seperti saluang, randai, dan rabab.
Muhammad Naufal Danish ILham
2 tahun yang lalu
Buku Beribu Seekor kucing.isi ceritanya.Dahulu kala dua gadis dari jambi.memiliki ibu seekor kucing.Awalnya mereka sangat menyayangi.Namun setelah kejadian yang merugikan,kedua kesal.Kedua gadis itu lantas mencari ibu lain yang pantas mencari ibu mereka.setelah perjalanan panjang tidak ada yang mau menjadi ibu mereka.Mereka mulai menyadari kesalahan mereka dan menyayangi ibu mereka meski hanya seekor kucing.
Muhammad Gibran Ghifari
2 tahun yang lalu
Taman mini Indonesia indah.
Banyak berbagai tempat bermain,rumah adat,musium dan tempat tempat bersejarah lainnya
Danda Gustian Ramadhan
2 tahun yang lalu
Buku kumpulan cerita rakyat Nusantara.Buku ini menceritakan dongeng legenda dari berbagai daerah.Salah satu nya cerita "Suri ikun dan dua burung " cerita rakyat dari Nusa tenggara Timur. Suri ikun adalah anak yang berjudi pekerti baik ya jujur suka menolong dan berbakti kepada kedua orang tuanya ia juga sering membantu ketujuh saudara perempuannya karena itu suri ikun pun sangat disayang oleh kedua orang tua dan ke-7 saudara perempuannya. Akan tetapi saudara lelakinya tidak menyukai Suri ikun.pada suatu Suri ikun diajak pergi berburu ke hutan oleh saudara laki laki nya. Tanpa rasa curiga sedikitpun Suri ikut memenuhi ajakan keenam kakaknya, ketika sudah di dalam hutan kakak-kakaknya meninggalkan Suri ikun, dan akhirnya Suri ikut pun tersesat di dalam hutan dan masuk ke dalam gua, di dalam gua tiba-tiba datang dua ekor burung kecil menghampiri Suri ikun,kedua burung kecil itu nampak terluka dan hampir mati. Suri ikun pun merawat burung itu hingga sembuh dari luka.Dan kedua burung itu membalas Budi baik surikun kedua burung itu membawa Suri ikut keluar dari dalam hutan, lalu kedua burung itu membawa Suri ikut ke sebuah istana yang sangat indah dan megah. Karena Suri ikut berhati mulia dan baik maka burung itu menghadiahkan istana dan isinya.
Keyla mey afrianto
2 tahun yang lalu
Cerita cinderella
Sesama saudara tidak boleh saling membenci dan tidak boleh iri hati.. Harus saling menyayangi
Naisyah Naumi Maharani
2 tahun yang lalu
Hari keEnam ketantangan 14 hari
membaca Baca Jakarta,
12 Mei 2023.
Nama : Naisyah Naumi M
Kelas : 5A
Sekolah : SDN Pisangan Timur 13
Tantangan Hari ini :
Membaca buku mengenai salah satu tempat wisata di Indonesia.
Berjudul : Menggali Potensi Desa Wisata: (Mewujudkan Masyarakat Sadar Wisata)..
Penulis : Artika Dwi Istiyani
Buku ini menceritakan tentang Pariwisata merupakan suatu hal yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat. Pariwisata ini secara tidak sadar membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, dapat dikatakan pariwisata merupakan salah satu aspek yang membantu pengembangan ekonomi masyarakat. Sejalan dengan pengembangannya, pariwisata merambah dalam berbagai terminologi sepeti sustainable delopment, village tourisme, ecotourism, sehingga kesadaran masyarakat akan pentingnya pengembangan desa wisata sangat dibutuhkan..
Saya paling suka berpartisipasi ke Lebak Banten. Tempat tinggal Papa Saya.
Disana masih banyak sawah, selain itu pantainya juga bagus, salah satunya bagedur, yang sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan, ada air terjun juga loh.
Pokoknya seru kalau kesana.
Aksesnya kesana bisa menggunakan kereta KRL dari stasiun Jatinegara-tanahabang-rangkasbietung.
Disambung bus berwarna kuning (bus rudi).. Yukh ke Lebak Banten..
Salam Literasi
AZKA MAHARANI
2 tahun yang lalu
Saya membaca buku cerita berjudul Batu belah
Pada zaman dahulu, di sebuah dusun di Indragiri Hilir hiduplah seorang janda bernama Mak Minah dengan ketiga orang anaknya. Anak yang pertama bernama Diang, seorang wanita. Sementara dua orang yang lain adalah laki-laki yang masing-masing bernama Utuh dan Ucin. Untuk memenuhi kebutuhan hidup ketiga anaknya, MakMinah harus selalu bekerja. Pekerjaan Mak Minah adalah berjualan kayu bakar ke pasar.
Ketiga anak Mak Minah sangat nakal. Mereka tidak mau mendengarkan nasihat Mak Minah. Ketiganya kerap membantah perintah dari ibunya. Mereka hanya suka bermain-main saja, bahkan hingga larut malam. Mak Minah sering merasa sedih dengan kelakukan anak-anaknya. Ia sering mendoakan anak-anaknya agar sadar dan mau menghormati orang tuanya.Pada keesokan harinya Mak Minah menyiapkan banyak makanan untuk anak-anaknya. Setelah itu ia pergi ke sungai dan mendekati sebuah batu sambil berbicara. Batu tersebut juga bisa membuka lalu menutup kembali, layaknya seekor kerang. Orang-orang sering menyebutnya dengan batu betangkup.
“Wahai Batu Batangkup, telanlah saya. Saya tak sanggup lagi hidup dengan ketiga anak saya yang tidak pernah menghormati orang tuanya,” kata Mak Minah.Batu betangkup pun kemudian menelan tubuh Mak Minah, hingga yang tertinggal dari tubuh Mak Minah sebagian rambutnya saja.
Menjelang sore hari, ketiga anaknya mulai merasa heran. Mereka sejak pagi tidak menjumpai emak mereka. Akan tetapi karena makanan yang ada cukup banyak, mereka akhirnya cuma makan lalu bermain-main kembali. Setelah hari kedua, makanan pun mulai habis. Anak-anak Mak Minah mulai kebingungan dan merasa lapar. Sampai malam mereka kebingungan mencari emaknya. Barulah pada keesokan harinya setelah mereka pergi ke tepi sungai, mereka menemukan ujung rambut Mak Minah yang terurai ditelan batu betangkup.
“Wahai Batu Batangkup, kami membutuhkan emak kami. Tolong keluarkan emak kami dari perutmu,” ratap mereka.
“Tidak!!! Kalian hanya membutuhkan emak saat kalian lapar. Kalian tidak pernah menyayangi dan menghormati emak,” jawab Batu Batangkup. Mereka terus meratap dan menangis.
“Kami berjanji akan membantu, menyayangi dan menghormati emak,” janji mereka. Akhirnya batu betangkup pun mengabulkan ratapan ketiga anak Mak Minah. Mak Minah dikeluarkan dari tangkupan batu betangkup. Mereka pun menjadi rajin membantu emak dan menyayangi Mak Minah. Akan tetapi, hal tersebut ternyata tidak bertahan lama. Beberapa waktu kemudian mereka berubah sifat kembali seperti semula. Suka bermain-main dan malas membantu orang tua.
Mak Minah pun kembali sedih. Ia lalu mengunjungi lalu batu betangkup di tepi sungai. Ia kemudian ditelan lagi oleh batu betangkup tersebut. Anak-anak Mak Minah masih terus sibuk bermain-main. Menjelang sore hari, barulah mereka sadar bahwa emak mereka tak ada lagi. Mereka pun kembali mengunjungi batu betangkup di tepi sungai sambil meratap meminta agar emak mereka dikeluarkan oleh batu betangkup. Akan tetapi, kali ini batu betangkup sudah marah. Ia lalu berkata “Kalian memang anak nakal. Penyesalan kalian kali ini tidak ada gunanya,” kata batu batangkup sambil menelan mereka. Batu batangkup pun masuk ke dalam tanah dan sampai sekarang tidak pernah muncul kembali.
Cerita Rakyat Melayu Riau: Batu Belah Batu Betangkup ini berasal Indragiri Hilir yang memberikan pelajaran kepada anak-anak khususnya, dan semua orang pada umumnya agar bisa bersikap baik terhadap orang tua. Rajin membantu, menyayangi dan tidak membantah perintah kedua orang tua. Cerita ini memiliki nilai pesan moral yang cukup baik untuk anak-anak dan semua orang.
Noor Hendra
2 tahun yang lalu
Buku yang saya baca adalah buku karya david s codrat yg berjudul entrepreneurship adalah sebuah ilmu menjelaskan mengenai ruang lingkup kewirausahaan yg lebih luas dan menjelaskan konsep ilmu kewirausHaan yg dinamis dan sistematis