JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh

BACA JAKARTA II

7 Mei 2023 - 22 Mei 2023
Triwulan 2

10244

Partisipan saat ini

0

Partisipan diundang

Deskripsi

Yuk, ikutan Tantangan Baca Jakarta selama 14 hari. Sebuah tantangan membaca untuk masyarakat semua usia yang tinggal di Jakarta maupun luar Jakarta. Bergembira bersama sambil mencerdaskan masyarakat DKI Jakarta, juga Indonesia.

Dari tanggal 7 - 20 Mei kita bersama-sama membaca sekaligus beraktivitas literasi di mana pun dan kapan pun.

#DenganBacaKitaBisa #SalamLiterasi

 

Lihat tutorial Baca Jakarta 2023 di sini: Tutorial Baca Jakarta

Bagikan event ini:

Aktivitas Peserta

Adinda Heri Prayogi
Adinda Heri Prayogi
2 tahun yang lalu

Pada akhir pekan ini saya membaca buku cerita rakyat yg berjudul bawang merah bawang putih, cerita ini menceritakan seorang anak perempuan yang ditinggalkan ayah dan ibu nya meninggal dunia dia mempunyai seorang ibu tiri dan sodara tiri yang sangat jahat, yg selalu menyuruh bawah putih mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri dan juga memberikan makan dari sisa makanan ibu tiri dan sodara tiri, tapi bawang putih melakukan semua pekerjaan rumah dengan rasa senang hati sehingga membuat badan nya semakin sehat dan cantik sehingga membuat sodara tiri bertambah iri.

Farid Khairul Arkhan
Farid Khairul Arkhan
2 tahun yang lalu

Judul buku: Panduan Sang Petualang; 47 Museum Jakarta Ditulis oleh: Edi Dimyati Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2013 Buku diatas saya baca sebagai tantangan baca hari ke-6 ttg buku mengenai tempat wisata di Indonesia. Buku ini mengabadikan tempat-tempat wisata penuh edukasi. Edi Damyati mengupas secara mendetal 47 museum di Jakarta, mulai dari museum yang sudah tenar, museum yang samar-samar kita ketahui keberadaannya, sampai museum ""ajaib"" yang nyaris tak pernah kita dengar. Salah satu museum di Jakarta yg pernah saya kunjungi adalah Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta yg menjadi salah satu destinasi wisata yg ramai dikunjungi, yg berada di kawasan Kota Tua Jakarta, yg menyediakan beragam fasilitas utk hiburan para pengunjung. Salam Literasi Farid Khairul Arkhan Kelas: 7.A - SMPN 282

Sotia Sumiwi Tristhanoyo Hadi
Sotia Sumiwi Tristhanoyo Hadi
2 tahun yang lalu

Taman hewan Di cerita itu menarik sekali dengan adanya hewan hewan Ada beruang,buaya,harimau,kera,panda,dll di situ juga banyak sekali tanaman yang terawat

Habibi Ainnurachman
Habibi Ainnurachman
2 tahun yang lalu

Pesona Candi di Jawa Tengah Yang menarik di dalam buku tersebut adalah objek wisata berupa Candi.

ILHAM GUSINTO
ILHAM GUSINTO
2 tahun yang lalu

Indpnesia bercerita Sampuraga ( sumatera utara ) al dhimas Kisah raga yang merantau dan bertemu dengan saudagar kaya raya, lalu raga bekerja dengannya. Setelah sekian lama berkerja raga di beri modal usaha, dan menjadi saudagar kaya juga. Dan saudagar kaya menikahkan raga dengan putrinya. Ibunda raga mendengar kabar itu dan menyusul raga. Tapi raga tidak mengakuinya dan menyuruh pengawal mengusir ibunya. Ibunya kecewa dan berdoa agar raga di beri pelajaran. Dan seketika itu terjadi hukan lebat dan banjir, lalu raga tenggelam juga semua yang ada disana. Dan dinamakan kolam sampuraga

Allysa Insyira Zuhda
Allysa Insyira Zuhda
2 tahun yang lalu

Judul buku : TEDHAK SITEN, UPACARA ADAT MENAPAK TANAH PERTAMA BAGI ANAK Tedhak Siten merupakan rangkaian prosesi adat tradisi daur hidup masyarakat jawa yang mulai jarang dilaksanakan. Tedhak Siten berasal dari kata Tedhak berarti turun (menapakkan kaki) dan Siten atau Siti yang artinya tanah, sehingga Tedhak Siten merupakan tradisi menginjakkan atau menapakkan kaki ke tanah bagi seorang anak. Menurut Murniatmo, Tedhak Siten merupakan upacara pada saat anak turun tanah untuk pertama kali, atau disebut juga mudhun lemah atau unduhan, masyarakat beranggapan bahwa tanah mempunyai kekuatan gaib. Upacara Tedhak Siten berlangsung saat anak berusia 7 lapan kalendar jawa atau 8 bulan kalender masehi. Dalam usia tersebut biasanya anak mulai memasuki masa belajar berjalan sehingga inilah momen awal anak mulai menapakkan kakinya ke tanah. Tradisi Tedhak Siten selain sebagai kegiatan pelestarian budaya tetapi juga merupakan serangkaian kegiatan yang menyimbolkan bimbingan orang tua kepada anaknya dalam meniti kehidupan melalui serangkaian prosesi dan ubarampe yang digunakan. Dalam kegiatan Tedhak Siten perlu dipersiapkan Uba Rampe atau perlengkapan, di antaranya yaitu, jadah 7 (Tujuh) warna warni, tangga yang terbuat dari tebu, kurungan (biasanya berbentuk seperti kurungan ayam) yang diisi dengan barang/benda, alat tulis, mainan dalam berbagai bentuk, air untuk membasuh dan memandikan anak, ayam panggang, pisang raja, udhik-udhik, jajan pasar, berbagai jenis jenang-jenangan, tumpeng lengkap dengan gudangan dan nasi kuning Selama proses tradisi Tedhak Siten ini ada beberapa rangkaian kegiatan yang perlu dilakukan, yakni: Membersihkan kaki Dalam proses ini orang tua menggendong anaknya untuk dicuci bersih kakinya sebelum menginjakkan kaki anak ke tanah, kegiatan ini mempunyai makna bahwa si anak mulai menapaki tanah, yang berarti mulai menapaki kehidupan yang perlu dilakukan dengan suci hati. Berjalan melewati tujuh jadah Dalam kegiatan ini anak dituntun untuk berjalan di atas jadah (sejenis kue dari beras ketan) sebanyak tujuh buah, dengan warna yang berbeda-beda. Ke Tujuh warna tersebut adalah merah, putih, hijau, kuning, biru, merah jambu, dan ungu. Tujuh dalam bahasa jawa disebut pitu, dengan harapan si anak kelak dalam mengatasi kesulitan hidup selalu mendapat pitulungan atau pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Jadah dibuat beraneka warna, menggambarkan bahwa kesulitan dan rintangan hidup itu tak terhitung jenis dan ragamnya. Masing-masing warna memiliki makna tersendiri, yaitu: Merah artinya keberanian, dengan harapan sianak berani dalam melangkah dalam kehidupan Warna kuning artinya kekuatan lahir dan batin yang wajib dimiliki oleh seseorang Putih artinya kesucian Merah jambu alias pink artinya cinta dan kasih saying baik kepada orangtua, kakak, eyang dll. Biru artinya ketenagan jiwa dalam melangkah dalam kehidupan Hijau artinya lingkungan sekitar dan kesuburan Ungu artinya kesempurnaan atau puncak. Dengan menapaki jadah 7 warna ini, diharapkan kelak si bayi mampu melewati tiap rintangan dalam hidupnya. Tangga dari Tebu Wulung Dalam Prosesi ini anak diajak orang tua untuk menaiki 7 (Tujuh) tangga yang terbuat dari batang tebu. Tebu berasal dari kata antebing kalbu yang berarti penuh tekad dan rasa percaya diri. Ritual ini menggambarkan bahwa bayi akan menghadapi perjalanan hidupnya hari demi hari sampai pada puncaknya. Dalam kegiatan ini didampingi oleh orang tua si anak, hal ini menggambarkan dukungan keluarga untuk anak dalam menjalani hari-harinya ke depan. Ritual ini mempunyai harapan agar kelak si bayi tidak mudah menyerah dalam meraih cita-citanya. Kurungan Dalam prosesi ini anak dimasukkan sangkar atau kurungan ayam. Di dalam kurungan, terdapat berbagai benda seperti perhiasan, buku tulis, beras, mainan, dan lain sebagainya. Kurungan ayam ini menggambarkan kehidupan nyata yang akan dimasuki oleh anak kelak jika dewasa. Benda yang ada di dalam kurungan nantinya akan diambil oleh anak menggambarkan profesi yang ingin dijalani kelak jika sudah dewasa. Memandikan Anak Air yang digunakan merupakan air yang diambil oleh kedua orang tua dari si anak yang diambil pada waktu tertentu yakni pada malam hari sekitar pukul 10-12 malam yang kemudian didiamkan atau diembunkan sampai keesokan harinya terkena sinar matahari. Dalam proses ini, anak dimandikan oleh orang tuanya dengan air yang diberi bunga. Maknanya adalah agar kelak si bayi dapat mengharumkan keluarga dan dirinya. Maksudnya, supaya ia bisa jadi anak yang membanggakan. Setelah dimandikan, kemudian anak diberi pakaian. Memberikan udhik-udhik Udhik-udhik, yaitu uang logam yang dicampur dengan bermacam-macam bunga. Dalam prosesi ini udhik-udhik disebar dan dibagikan kepada anak-anak dan orang dewasa yang hadir dalam acara tersebut. Harapannya kelak agar si anak jika dikarunia rezeki cukup dapat mendermakan rezekinya kepada fakir miskin. Dalam prosesinya terdapat beberapa perbedaan dalam pelaksanaan tradisi Tedhak Siten baik berupa prosesi, tata cara, maupun perlalatan yang digunakan antara satu daerah dengan daerah yang lainnya akan tetapi tetap tidak menghilangkan maksud dan tujuan dari diadakannya tradisi tersebut.

Devita Indah Susanti
Devita Indah Susanti
2 tahun yang lalu

Enaiklopedia Negeriku-Senjata Tradisional Pengarang : Lia Herliana dan Dian K Ilustrator : Inner Child Membaca buku tentang Indonesia bersama anak-anak, selain dapat menambah pengetahuan, juga dapat menambah kecintaan kita kepada negeri Indonesia. Dan juga salah satu cara mengisi waktu dengan menyenangkan. Salah satu yang memperkaya adat budaya Indonesia adalah senjata tradisional. Senjata banyak manfaatnya jika digunakan secara tepat. Di Indonesia banyak senjata tradisional, yang pada masanya berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Misalnya saja, keris, badik, sumpit, tombak, atau mandau. Bentuk dari senjata tradisional ini bermacam dan unik. Salah satu yang mempunyai bentuk unik adalah senjata dati Papua, yaitu belati tikam, yang terbuat dari cakar kaki burung kasuari. Buku ini menceritakan beragam senjata tradisional dari berbagai suku di Indonesia.

Agenda Hari Ini