Rizkia nur fadhilah
1 tahun yang lalu
saya suka berwisata bersama dengan keluarga saya, karena sangat menyenangkan dan seru bisa ber foto bersama, dan saya bisa jadi lebih dekat dengan keluarga saya.
Galih Putra Hardianto
1 tahun yang lalu
Aku dibacakan buku oleh ibuku tentang adab tidur
Dari penulis ustadz yunus. Singkat ceritanya tentang tata cara tidur yang sesuai ajaran nabi muhammad saw
Muhammad Aqil Rabbani Sisnanda
1 tahun yang lalu
Laskar pelangi
Penulis: andrea hirata
Novel Laskar Pelangi menceritakan sebuah kehidupan dalam dunia pendidikan. Bercerita tentang 10 anak yang terancam kehilangan sekolah mereka karena suatu hal. Itu adalah karena awalnya hanya ada 9 murid yang bersekolah di sana. Yang mana menyebabkan sekolah akan ditutup karena tidak memenuhi kuota.
SRI SURYATI
1 tahun yang lalu
Judul buku : Sepatu Dahlan
Penulis : Khrisna Pabichara
Sepatu Dahlan” adalah Gambarkan masa kecil Dahlan Iskan yang kini menjadi Menteri BUMN di Indonesia. Sebagai seorang anak, Dahlan Iskan hidup dalam kemiskinan dan memiliki mimpi sederhana yaitu “sepatu”. Mimpi yang sederhana namun sulit karena kendala ekonomi. tetapi untuk "bermimpi", kita harus berjuang.
Sepatu Dahlan adalah sebuah novel yang terinspirasi dari kisah hidup Dahlan Iskan, Penulis keturunan Jeneponto dan chef yang menerbitkan buku berjudul "Sepatu Dahlan" (Kahrisna Pabhicara). Novel ini bercerita tentang kehidupan masa kecil Dahlan Iskan. Melalui novel ini, kita menemukan bahwa Dahlan Iskan besar di sebuah keluarga miskin di Desa kebun Dalem Magetan, Jawa Tengah yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, sejak kecil kedua orang tua selalu menegaskan bahwa hidup dalam kemiskinan bukan berarti mengemis, melainkan harus menghadapi kerja keras dan kerja keras. Novel ini juga mengingatkan kita bahwa kemiskinan bukanlah segalanya. Kutipan Nasihat ayahnya, “Kemiskinan kehidupan yang layak akan mendewasakan jiwa.” Inilah keberhasilan Dahlan dalam hidupnya dan berhasil mengubah kehidupannya yang kelam dan miskin. Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang sangat sederhana di kebun Dalem, sebuah desa di Dahlan, Jawa Timur. Di bawah asuhan ayahnya, ayahnya selalu menekankan pada disiplin dan tekad, tetapi dia penuh cinta. Ibunya yang lembut dapat memberikan perlindungan bagi seluruh anggota keluarga, dan dua saudara perempuan mandiri serta adik-adiknya yang berperilaku baik membuat kepribadian Dahlan menjadi dewasa dan mampu beradaptasi dengan perubahan keadaan masa kanak-kanak dan remaja. Semangatnya terus melaju ke SMP yang diimpikannya, yaitu SMP Magetan gagal berkomunikasi karena biaya yang tidak mencukupi. Ayahnya tetap mendorong Dahlan untuk melanjutkan studinya di Pondok Pesantren sanawiah Takeran yang didirikan oleh nenek moyang ayahnya.Masa-masa kekurangan Dahlan tidak akan pernah menjadi kambing hitam atas kemiskinan yang dialaminya. Buku ini juga bercerita tentang persahabatan, cinta dan keluarga yang hangat, serta kebiasaan hidup orang pintar. Di lingkungan sekolah dan keluarga, Dahlan memiliki teman seperti Arif, Imran, dan Kadir ), Komariyah dan Fadli. Mereka sangat ramah, baik dan selalu meraih juara di kelas serta mendapatkan juara dalam pertandingan voli. Suatu ketika Dahlan dari tim voli sekolahnya menjadi peserta tertinggi, dia bersama rekan satu timnya mewakili sekolah dalam turnamen bola voli dan menjadi juara. Awalnya Dahlan dan kawan-kawannya merelakan permainan karena harus memakai sepatu saat pertandingan, dan Dahlan tidak punya sepatu, dia dan kawan-kawan tidak menyerah. Dia masih hidup di dalam game. Untungnya, teman baiknya membeli sepatu lama bersama. Sepasang sepatu pertama Dahlan. Sahabat sejati selalu disertai dengan kesedihan dan air mata. Menghadapi belenggu kemiskinan, penuh kasih sayang merupakan penghiburan yang tak tergantikan bagi jiwa. Jika kita mencoba, Tuhan akan menjawab doa kita. Meski sepatunya sederhana, dia berhasil menghabiskan banyak tenaga untuk membelinya. Dia adalah pelatih bola voli di sekolah dasar, sekolah untuk anak-anak orang kaya. Alhasil, dia membelinya dan membelikan dua pasang sepatu untuk dia dan adiknya. Impian keduanya adalah membeli sepeda, dia berhasil membeli sepeda dengan sisa uang dari pekerjaannya sebagai pelatih. Pengalaman berharga bagi semua orang. Bermimpi menghadapi berbagai rintangan dalam hidup, kesabaran, ketekunan dan ketekunan.
Buku ini mengajarkan kita bagaimana mengungkapkan rasa syukur atas segala kekurangan dan kelebihan kita, serta selalu bersabar dengan impian atau keinginan kita. Tetapi keterbatasannya tidak membuatnya jatuh, malah menjadi motivasi agar semangat hidup menjadi lebih baik, dan bisa menjadi semacam kebanggaan di sekitarnya, menurut reaksi saya.
Darma Yapqi Abdillah
1 tahun yang lalu
Buku : Aku dan Temanku
Penulis : Harlina Pribadi
Cerita singkat : buku ini menjelaskan secara detail tentang diriku, perasaanku,jujur, berkomunikasi, percaya diri, persahabatan dan menyelesaian masalah..
Kita diarahkan untuk menjadi pribadi yg lebih baik.. mengetahui pentingnya dan manfaat dari setiap bahasan yg ditulis penulis..
Ana Lulu Firdaus
1 tahun yang lalu
Sebenarnya saya jarang berwisata tetapi, jika saya berwisata saya akan pergi bersama keluarga saya. Saya suka berwisata bersama mereka karena saya merasakan adanya keharmonisan dalam keluarga saya. Karena itulah saya suka
Lucky Maulana
1 tahun yang lalu
Judul: Mengenal nama kerajaan besar Nusantara
Penulis: Mahadewa Adi
Buku ini menceritakan seputar kerajaan-kerajaan besar di nusantara yang menjadi pusat perdagangan dunia
Adila Fahrezy
1 tahun yang lalu
Sudah empat hari nelayan-nelayan tak bisa turun ke laut. Pada malam hari, hujan lebat turun. Gemuruh gelombang, tiupan angin kencang di kegelapan malam seolah-olah memberi tanda bahwa alam sedang murka, laut sedang marah. Bahkan, bintang-bintang pun seolah tak berani menampakkan diriNelayan-nelayan miskin yang menggantungkan rezekinya pada laut setiap hari bersusah hati. Ibu-ibu nelayan terpaksa merelakan menjual emas simpanannya yang hanya satu dua gram untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Mereka yang tak punya benda berharga terpaksa meminjam pada lintah darat.
Namun, selama hari-hari sulit itu, ada pesta di rumah Pak Yus. Tak ada yang menikah, tak ada yang ulang tahun, dan Pak Yus juga bukan orang kaya. Pak Yus hanyalah nelayan biasa, seperti para tetangganya.
Pada hari-hari sulit itu, Pak Yus menyuruh istrinya memasak nasi dan beberapa macam lauk-pauk banyak-banyak. Lalu, ia mengundang anak-anak tetangga yang berkekurangan untuk makan di rumahnya. Dengan demikian rengek tangis anak yang lapar tak terdengar lagi, diganti dengan perut kenyang dan wajah berseri-seri.
Kini tibalah hari kelima. Pagi-pagi Ibu Yus memberi laporan, "Pak, uang kita tinggal 20.000. Kalau hari ini kita menyediakan makanan lagi untuk anak-anak tetangga, besok kita sudah tak punya uang. Belum tentu nanti sore Bapak bisa melaut!"
Pak Yus terdiam sejenak. Sosok tubuhnya yang hitam kukuh melangkah ke luar rumah, memandang ke arah pantai dan memandang ke langit. Nun jauh di sana segumpal awan hitam menjanjikan cuaca buruk nanti petang.
Kemudian, ia masuk ke rumah dan berkata mantap, "Ibu pergi saja ke pasar dan berbelanja. Seperti kemarin, ajak anak-anak tetangga makan. Urusan besok jangan dirisaukan."
Ibu Yus pergi ke dapur dan mengambil keranjang pasar. Seperti biasa, ia patuh pada perintah suaminya. Selama ini Pak Yus sanggup mengatasi kesulitan apa pun. Sementara itu Pak Yus masuk ke kamar dan berdoa. la mohon agar Tuhan memberikan cuaca yang baik nanti petang dan malam. Dengan demikian para nelayan bisa pergi ke laut menangkap ikan dan besok ada cukup makanan untuk seisi desa.
Siang harinya, anak-anak makan di rumah Pak Yus. Mereka bergembira. Setelah selesai, mereka menyalami Pak dan Bu Yus lalu mengucapkan terima kasih.
"Pak Yus, apakah besok kami boleh makan di sini lagi?" seorang gadis kecil yang menggendong adiknya bertanya. Matanya yang besar hitam memandang penuh harap.
Ibu Yus tersenyum sedih. la tak tahu harus menjawab apa. Tapi dengan mantap, dengan suaranya yang besar dan berat Pak Yus berkata, "Tidak Titi, besok kamu makan di rumahmu dan semua anak ini akan makan enak di rumahnya masing-masing."
Titi dan adiknya tersenyum. Mereka percaya pada perkataan Pak Yus. Pak Yus nelayan berpengalaman. Mungkin ia tahu bahwa nanti malam cuaca akan cerah dan para nelayan akan panen ikan.
Kira-kira jam empat petang Pak Yus ke luar rumah dan memandang ke pantai. Laut tenang, angin bertiup sepoi-sepoi dan daun pohon kelapa gemerisik ringan. Segumpal awan hitam yang menjanjikan cuaca buruk sirna entah ke mana. la pergi tanpa pamit.
Malam itu, Pak Yus dan para tetangganya pergi melaut. Perahu meluncur tenang. Para nelayan berhasil menangkap banyak ikan. Ketika fajar merekah perahu-perahu mereka menuju pantai dan disambut oleh para anggota keluarga dengan gembira.
Pak Yus teringat pada anak-anak tetangga. Tuhan telah menjawab doanya. Semua nelayan itu mendapat rezeki. Hari itu tak ada pesta di rumah Pak Yus. Semua anak makan di rumah ibunya masing-masing. Sekali lagi di atas perahunya, Pak Yus memanjatkan doa syukur.