JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh

BACA JAKARTA II

7 Mei 2023 - 22 Mei 2023
Triwulan 2

10244

Partisipan saat ini

0

Partisipan diundang

Deskripsi

Yuk, ikutan Tantangan Baca Jakarta selama 14 hari. Sebuah tantangan membaca untuk masyarakat semua usia yang tinggal di Jakarta maupun luar Jakarta. Bergembira bersama sambil mencerdaskan masyarakat DKI Jakarta, juga Indonesia.

Dari tanggal 7 - 20 Mei kita bersama-sama membaca sekaligus beraktivitas literasi di mana pun dan kapan pun.

#DenganBacaKitaBisa #SalamLiterasi

 

Lihat tutorial Baca Jakarta 2023 di sini: Tutorial Baca Jakarta

Bagikan event ini:

Aktivitas Peserta

DZAKY MAHARDIKA UTOMO
DZAKY MAHARDIKA UTOMO
2 tahun yang lalu

Dengan orangtua, karena seru dan menyenangkan.

DZAKY MAHARDIKA UTOMO
DZAKY MAHARDIKA UTOMO
2 tahun yang lalu

Yogjakarta karena disana makanan enak dan tempat wisata banyak dan indah. Lingkungan juga nyaman dan bersih.

Muhamad Ardiansyah
Muhamad Ardiansyah
2 tahun yang lalu

Monas Monas didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial kekaisaran Belanda pembangunan dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Soekarno dan diresmikan hingga dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975

Gilang Rimba Kurniawan
Gilang Rimba Kurniawan
2 tahun yang lalu

Laskar pelangi: cerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah SD dan SMP di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan

Arina Dahayu Nareswari
Arina Dahayu Nareswari
2 tahun yang lalu

aku membaca buku tentang "Amba" yang direkomendasikan oleh google, lalu mencarinya di ijak. di bab 1, yang berjudul "Malam". 3 hari yang lalu, ada seorang wanita yang dilarikan dari rumah sakit yang bernama "Amba kinanti eilers". perempuan yang tidak sadarkan diri dan banyak luka" yang menyerangnya adalah mukaburung, tetapi pihak rumah sakit terlihat seperti tidak peduli.

Ika dinar alfiah
Ika dinar alfiah
2 tahun yang lalu

Dengan ayah dan ibu. Karena,dari kecil saya selalu berwisata bersama ayah dan ibu saya.

Tiara Nur Janah
Tiara Nur Janah
2 tahun yang lalu

Indonesia termasuk salah satu negara di Asia tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia terdiri atas berbagai suku, bahasa, dan agama yang berbeda. Buku berjudul Indonesia bagian dari dunia yang membahas mengenai peranan penting Indonesia di dunia. Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Hal ini terlihat dari aktivitas Indonesia melakukan kerjasama dengan negara-negara lainnya dalam bentuk kerjasama bilateral, regional dan multilateral. Indonesia kini aktif dalam kegiatan-kegiatan ASEAN,PBB, gerakan non-blok dan organisasi konferensi Islam.

zunita dwi annggraini susilowati
Zunita dwi annggraini susilowati
2 tahun yang lalu

Laut Bercerita Matilah engkau mati Kau akan lahir berkali-kali.... SANG Penyair pernah menulis sebait puisi ini di atas secarik kertas lusuhSaat itu dia masih berambut panjang menggapai pundak dan bersuara parau karena banyak berorasi di hadapan buruhIa menyelipkannya ke dalam sebuah buku tulis bersam- pul hitam dan mengatakan itulah hadiah darinya untuk ulang tahunku yang ke-25Sembari mengepulkan asap rokoknya yang menggelung-gelung ke udara, dia mengatakan aku harus selalu bangkit, meski aku mati. Tetapi hari ini, aku akan mati. Aku tak tahu apakah aku bisa bangkitSetelah hampir tiga bulan disekap dalam gelap, mereka membawaku ke sebuah tempat. Hitam. Kelam. Selama tiga bulan mataku dibebat kain apak yang hanya sesekali dibuka saat aku berurusan dengan tinja dan kencing Aku ingat pembicaraanku dengan Sang Penyair. Dia berkata bahwa dia tak takut pada gelapKarena dalam hidup, ada terang dan ada gelapAda perempuan dan ada lelaki. "Gelap adalah bagian dari alam," kata Sang Penyair. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam adalah tanda kita sudah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup tak bisa dipertahankan lagi. Aku tak tahu apakah saat ini aku sedang mengalami ke- gelapan. Atau kekelaman. Mataku dibebat. Tanganku diborgolApakah ini gelap yang kelak menjadi pagi yang lamat-lamat mengurai cahaya matahari pagi; atau gelap seperti sumur yang tak menjanjikan dasar? Selama sejam kami berputar-putar, aku sudah bisa menebak ada empat lelaki yang mendampingikuSetelah berbulan-bulan mereka sekap di tempat yang gelap, aku sudah mulai mengenal bau tubuh merekaSatu lelaki menyetir yang jarang bersuara. Seseorang di sebelahnya jarang mengeluarkan komentar kecuali jika harus membentak kedua lelaki yang mengapit di kiri kananku di kursi belakang. Dialah si Mata Merah, satu-satunya dari mereka yang pernah kulihat wajahnya dan kukenali dari bau rokok kreteknya yang menghambur dari mulutnya. Di sebelah kanan dan kiriku pasti kedua lelaki besar yang biasa kusebut Manusia Pohon dan si Raksasa yang mengirim bau keringat tengik. Inilah celakanya jika sejak kecil kita diajarkan menajamkan indra penciuman karena Ibu adalah seorang koki yang dahsyatDalam sekejap aku bisa membedakan aroma tubuh satu orang dengan yang lainnya. kaki telanjang sementara aku bisa mendengar suara ombak dari bawah sana. Sepasang kaki ini hanya setengah berfungsi karena selalu tertawa keras. Aku mendengar kepak sayap serombongan burungSeolah mereka ingin membesarkan hatiku. Si Mata Merah mendorongku melangkah maju. Mereka me- nyerimpung kedua kakiku dengan besi hingga mustahil bagiku untuk bergerak. Akhirnya salah satu dari mereka menendang betisku. Aku tersungkurSekali lagi si perokok itu memegang bahuku dari belakang dan memaksaku berlutut. Tuhan, kita semakin dekatKau terasa semakin ingin me- naungiku Pada debur ombak yang kesembilan, terdengar ledakan itu. Tiba-tiba saja aku merasa ada sesuatu yang tajam menembus punggungku. Pedih, perihLalu, belakang kepalaku. Seketika aku masih merasakan sebatang kaki bersepatu gerigi yang menendang punggungkuTubuhku ditarik begitu lekas oleh arus dan bola besi yang terikat pada pergelangan kakiku. Aku melayang-layang ke dasar lautan Aku selalu menyangka, pada saat kematian tiba, akan ada gempa atau gunung meletus dan daun-daun gugurAku mem- bayangkan dunia mengalami separuh kiamatMungkin tak sedahsyat yang digambarkan cerita para orang tua, namun air laut akan naik dan merayap menutupi bumiManusia, binatangdan segala makhluk hidup akan tenggelam. Karena itu, aku mengira begitu aku tenggelam, kematianku akan menghasilkan guncangan besarAtau bak Dewi Kali yang perlahan menarik nyawaku dari tubuh seperti seuntai benang yang perlahan-lahan ditarik dari sehelai kain tenun. Tenang tapi menghasilkan rasa yang tak seimbang Aku masih menikmati nasi urap dan sambal Bu Retno ketika Kinan melempar pertanyaan serius berikutnya: apa yang ingin kulakukan di masa yang akan datang. Aku tertegun karena saat itu otakku hanya penuh dengan tugas esai bentuk realisme dalam karya-karya Inggris abad ke-19, dan ada beberapa tugas linguistik yang sangat membosankan. Melihat aku terdiam, Kinan menyer- buku dengan serangkaian pertanyaan-pertanyaan sulit: apa yang kubayangkan tentang Indonesia 10 tahun lagi; apakah kita akan terus-menerus membiarkan rezim Soeharto berkuasa selama- lamanya atau apakah aku ingin berbuat sesuatuAku menganga mendengar pertanyaan sebesar itu. "Aku mahasiswa semester tiga Fakultas Sastra Inggris...." kataku agak gugup"Yang diam-diam membaca buku Pramoedya bukan hanya karena estetika sastra, tetapi karena ada suara lain yang mendo- rongmu!" Kinan memotong kalimatku. "Mungkin karena aku ingin belajar menulis seperti beliau, seperti para penulis lainnya yang begitu fasih berekspresi," jawabku perlahan "Laut, aku yakin suatu hari kau akan menjadi penulis besar.Kinan menatapku. Aku merasakan bagaimana jantungku seolah menggelepar. "Beberapa tulisanmu kubaca dan untuk mahasiswa sepertimu, kamu menggali dengan dalam. Bahasamu tidak klise. Aku sangat yakin kamu bukan hanya ingin menulis tentang awan gemawan atau bulan sabit yang ditemani ranting di sebuah malam," kata Kinan Dia menatapku. Sebagai seorang mahasiswa hijau, apa yang bisa kita lakukan untuk mengguncang sebuah rezim yang begitu kokoh berdiri selama puluhan tahun, dengan fondasi militer yang sangat kuat dan ditopang dukungan kelas menengah dan kelas atas yang nyaman dengan berbagai lisensi dan keistimewaan yang dikucurkan oleh Orde Baru? Baru pertama kali aku bertanya dengan kalimat sepanjang itu. Kinan tersenyum dan menyuruh aku segera menyelesaikan makan siangku. "Kau tahu apa yang terjadi saat aku masih mahasiswa hijau?" Aku menggeleng, dan aku yakin Kinan tak membutuhkan jawaban. "Bram dan aku pernah ditahan bersama beberapa kawan lainnya ketika menemani warga Kedung Ombo yang bertahan di lokasi.... Aku terdiam, kini benar-benar berhenti mengunyah Kinan bercerita bagaimana warga Kedung Ombo yang dijan- jikan ganti rugi tiga ribu rupiah per meter persegi dan ternyata mereka akhirnya hanya diberi 250 rupiah per meter persegiSebagian warga yang sudah putus asa menerima ganti rugi, tetapi sekitar 600 keluarga bertahan dan mengalami intimidasi"Kami mendampingi mereka yang bertahan, ikut membantu membangun kelas darurat untuk anak-anak dan rakit untuk transportasi "Lalu, apa alasan mereka menangkap kalian?” "Alasan menahan dan menyiksa tak pernah penting di mata mereka, Laut." Warung Bu Retno sudah agak sepi, hanya kami berdua dan seorang mahasiswa yang baru saja masuk dan duduk di pojok"Hanya beberapa pekan setelah kegiatan itu kami ditahanSekitar tujuh orang, satu per satu diinterogasi dan ditempeleng, disiram air, ditelanjangi.

Naysha sabilla akbar
Naysha sabilla akbar
2 tahun yang lalu

Tentang malih kundang anak yg durhaka kepada ibunya, sehingga ibunya mengutuk nya, akhirnya malih kundang berubah menjadi batu

Agenda Hari Ini