Shaloom Azzurra Rahman Eriani
1 tahun yang lalu
Saya ingin mengunjungi Papua dan Bali karena saya belum pernah kesana dan saya ingin belajar tentang budaya Papua dan Bali
Adhitya Wahyu Nugroho
1 tahun yang lalu
Dengan teman dan orang tua, karena sangat menyenangkan juga jadi sangat asik dan jadi lebih menikmati wisata nya
Hasby Rizky Ramdan
1 tahun yang lalu
Kakak,karena lebih seru dan banyak pengalaman baru
Angel aristawati
1 tahun yang lalu
Saya suka membaca di perpustakaan tentang linkungan di sekitar kita dan menolong sesama dengan membaca saya lebih banyak tau tentang apa yg ada di sekirar kita
Berlian Nur Rizqi Wardhani
1 tahun yang lalu
Hari ini saya pergi ke perpustakaan di sekolah saya, yaitu perpustakaan SMPN 103 Jakarta. Saya membaca salah satu buku yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang". Buku ini menceritakan Menceritakan keadaan kaum perempuan jawa pada zamannya serta cita-cita, pendapat dan gagasannya untuk mencerdaskan bangsa.
Rendy mahardika
1 tahun yang lalu
kisah putri ular .pada zaman dahulu kala,afa seorang raja yang baik dan arif yang memimpin suatu negeri dikawasan simalungun
Sabrina Keisha sugiarto
1 tahun yang lalu
Laut Bercerita, menceritakan terkait perilaku kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Tidak hanya itu, novel ini pun merenungkan kembali akan hilangnya 13 aktivis, bahkan sampai saat ini belum juga ada yang mendapatkan petunjuknya.
Lativa ainurahman
1 tahun yang lalu
Judul :: putri salju
Isi cerita :: pada suatu hari seseorang ratu sedang menjahit kain tiba² tangan nya tertusuk oleh jarum lalu ia mengusap darah nya menggunakan kapas,selagi dia mengusap ia sambil berkata ingin mempunyai anak cewe yang kulit nya putih bibir nya se pink cherry dan matanya indah,beberapa minggu lalu keinginan ratu baik itu pun tercapai ia mempunya gadis cantik yang bernama putri ,tahun berlalu dengan cepat kebahagiaan mereka tidak lama... karena sang raja ditinggal kan istrinya dan sang anak ditinggal ibu nya,,, oke sekian kurang lebih nya mohon maaf.
Mutifa Arsye Azzahiro
1 tahun yang lalu
Saya akan menuliskan ulang dengan singkat dari buku yang berjudul " SEJARAH INDONESIA MODERN 1200-2008 " saya mengambil bagian 23. Tantangan, Krisis, dan keruntuhan Orde 1989-98, Bab 23. INDONESIA DAN konteks internasional berubah drastis sejak akhir 1980-an. Berakhirnya Perang Dingin dan ke- runtuhan serta pecahnya Uni Soviet mengartikan bahwa pemerintahan demokratis Barat tidak begitu lagi melihat perlunya kerja sama dengan rezim-rezim Dunia Ketiga. Pada saat yang sama, perkembangan-perkembangan itu mengarahkan pemerintah Indonesia dan militer untuk meningkatkan kekerasan, karena mereka khawatir Indonesia dengan segala potensi kekerasan etnisnya juga akan runtuh seperti Soviet. Rezim Soeharto melakukan hal ini ketika kelas menengah Indonesia mulai tidak begitu toleran terhadap penyimpangan-penyimpangan rezim, dan ketika pening- katan rasa keislaman telah menuntut adanya keadilan dan moralitas yang lebih besar. Dalam kondisi penuh tantangan ini, keluarga Soeharto dan klik penguasa semakin menggila dalam korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan mereka. Kemudian, krisis keuangan Asia menceburkan Indonesia ke dalam bencana ekono mi, sehingga tidak ada lagi alasan utama bagi rakyat untuk mendukung pemerintahan. Pada tahun 1998, rezim Soeharto runtuh di tengah-tengah suasana yang mirip dengan suasana kelahirannya di tahun 1965-6, yaitu di tengah-tengah krisis ekonomi, kerusuhan, dan pertumpahan darah di jalan-jalan.
Runtuhnya imperium Soviet dan, kemudian, negara Soviet itu sendiri merupakan kejutan tidak menyenangkan bagi pemerintah Indonesia. Seperti kasus Soviet, rezim Soeharto memerintah satu negara besar yang terdiri atas berbagai etnis dan identitas agama, dengan keterbatasan sarana komunikasi dan infrastruktur, tingginya kemiskinan dan kesenjangan pembangunan regional. Keruntuhan Soviet dimulai pada tahun 1988. Terjadi kerusuhan etnis antara Azerbaijan yang mayoritas penduduknya Islam dan Republik Soviet Armenia yang mayoritas Kristen, dan ada pula tuntutan dari republik-republik Balkan untuk memerdekakan diri secara kultural dan politik. Pada tahun 1989, Polandia dan Hungaria berjalan menuju demokrasi multipartai dan pemerintah Jerman Timur mulai pecah. Tembok Berlin diruntuhkan pada bulan November 1989. Pada bulan Desember, Nicolae Ceauçescu yang tujuh tahun sebelumnya menjadi tamu negara Soeharto digulingkan di Rumania dan dibunuh. Tahun berikutnya, Lithuania memproklamasikan kemerdekaannya dari Uni Soviet dan terjadi kerusuhan di Republik Soviet Kirghiz yang mayoritas Islam. Pada tahun 1991, Yugoslavia mulai berantakan. Pada bulan Desember 1991, Uni Soviet secara resmi dibubarkan. Seakan-akan ingin mengingatkan dunia bahwa kerusuhan dan perbedaan etnis dan agama itu bukan sekadar monopoli dari wilayah Soviet, pada bulan Desember 1992, terjadi kerusuhan Hindu-Islam di masjid di Ayodya, India. Pada minggu-minggu berikutnya, lebih dari 1.200 orang tewas. Keruntuhan Soviet diartikan di beberapa tempat sebagai akibat kebijakan reformasi (perestroika) dan ke- terbukaan (glasnost) Mikhael Gorbachev. Sebaliknya, pada bulan Mei 1989, pemerintah Cina membuktikan di lapangan Tiananmen bahwa gerakan demokrasi mahasiswa bisa dilibas dengan kekerasan oleh kekuatan militer.
Soeharto, ABRI, dan elite pemerintah Indonesia rupanya me mandang peristiwa-peristiwa ini sebagai peringatan akan bahaya yang terkandung dalam perbedaan etnis dan agama, serta bahaya dari konsesi demokratis. Mereka tampaknya tidak membayangkan betapa akhir Perang Dingin akan mengubah konteks global. Amerika Serikat menjadi satu-satunya kekuatan adidaya dunia, yang membuatnya tidak perlu lagi tawar-menawar atau berkom- promi dengan rezim-rezim busuk.