JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh

BACA JAKARTA II

7 Mei 2023 - 22 Mei 2023
Triwulan 2

10244

Partisipan saat ini

0

Partisipan diundang

Deskripsi

Yuk, ikutan Tantangan Baca Jakarta selama 14 hari. Sebuah tantangan membaca untuk masyarakat semua usia yang tinggal di Jakarta maupun luar Jakarta. Bergembira bersama sambil mencerdaskan masyarakat DKI Jakarta, juga Indonesia.

Dari tanggal 7 - 20 Mei kita bersama-sama membaca sekaligus beraktivitas literasi di mana pun dan kapan pun.

#DenganBacaKitaBisa #SalamLiterasi

 

Lihat tutorial Baca Jakarta 2023 di sini: Tutorial Baca Jakarta

Bagikan event ini:

Aktivitas Peserta

Muhammad Affa Abqaribowo
Muhammad Affa Abqaribowo
2 tahun yang lalu

aku membaca buku berjudul sangsaka merah putih diperpustakaan sekolahku, buku itu menceritakan tentang lambang bendera di berbagai negara dengan makna yg berbeda2 karna bendera adalah tanda suatu negara. salah satunya adalah bendera sangsaka merah putih yaitu bendera tanah airku warna merah melambangkan keberanian dan warna putih melambangkan kesucian.

Sofia khoirunnisa
Sofia khoirunnisa
2 tahun yang lalu

"Pahala bagi pemberi minuman" Pada siang hari yg terik, seorang pemuda berjalan sendirian di tengah gurun pasir, tiba tiba ia merasa sangat kehausan. Segera mungkin ia mencari sumber mata air di seputar Padang pasir itu, akhirnya ia menemukan sumur dan segera turun ke dalam sumur itu. Segera mendapatkan air di sumur, ia segera meminum air dalam sumur itu sambil mengucap syukur "wahai Allah yang maha pengasih, memberikan nikmat ketika aku kehausan di padang pasir ini" setelah rasa haus nya hilang, ia pun melihat seekor anjing yg sedang kehausan. Pemuda itu berbicara di dalam hati, "pasti anjing ini sangat kehausan, yg aku rasan sebelumya" akhirnya pemuda itu turun ke dalam sumur. Ia buka sepatunya dan mengisi air di dalamnya, tak lama kemudian sepatu yg berisi air itu diberikan kepada anjing.

Huswatun hasanah
Huswatun hasanah
2 tahun yang lalu

buku mengenal seni dan budaya indonesia, Aceh rumah adat aceh terdiri dari 8 bagian , bahasa aceh adalah gayo bener mariah ,bahasa aceh tarian yang sangat terkenal di aceh adalah tarian saman

Saefino Andrisa Wijaya
Saefino Andrisa Wijaya
2 tahun yang lalu

Cerita Malin Kundang berasal dari provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang sendiri menceritakan tentang seorang anak yang durhaka dan dikutuk menjadi batu.Hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah yang tinggal bersama anak laki-lakinya, Malin KundangDahulu kala ada sebuah cerita di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di Padang, Sumatera Barat. Ada seorang janda bernama Mande Rubayah yang hidup bersama anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. Mande Rubayah sangat memanjakan dan memanjakan Malin Kundang. Malin kemudian tumbuh menjadi seorang anak yang rajin dan penurut. Ketika Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual kue untuk mencupi kebutuhan dirinya dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh sakit parah, hingga nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin sakit. Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyetujui.Saat dewasa, Malin memohon untuk merantau agar dapat mengubah nasibnya dan ibunya Saat Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis. “Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya yang sedih setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau. “Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” ujar Malin sambil menggenggam tangan ibunya. “Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” Pinta Malin memohon.Mande Rubayah mengeluarkan Malin untuk merantau, ia pun memberikan bekal nasi untuk Malin “Baiklah, izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya sambil menangis. Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus, “Untuk bekalmu dalam perjalanan,” katanya sambil menyerahkannya pada Malin. Setelah itu Malin Kundang berangkat ke tanah rantau meninggalkan ibunya sendirian.Mande Rubayah yang selalu mendoakan agar Malin selamat dan cepat kembaliHari demi hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut. “Sudah sampai kapan kamu berlayar Nak?” tanyanya dalam hati sambil terus menatap laut. la selalu mendoakan agar anaknya selalu selamat dan cepat kembali. Beberapa waktu kemudian ketika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. “Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan dia pulang?” tanyanya. Namun setiap ia bertanya pada awak kapal atau nahkoda tidak pernah mendapatkan jawaban. Malin tak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunyaBertahun-tahun tak ada kabar, Mande Rubayah mendapat kabar Malin telah menikah dengan putri bangsawanBertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga tubuhnya semakin tua, dan kini pengobatan mulai terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang sebelumnya membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah. “Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucapnya saat itu. “Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…” rintihnya pilu setiap malam. Ia yakin anaknya pasti datang. Benar saja tak berapa lama kemudian di suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang megah nan indah berlayar menuju pantai.Penduduk desa menyambut kapal yang datang, terlihat anak muda yang berdiri di anjunganPenduduk desa mulai berkumpul, mereka mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira. Mande Rubayah amat gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan segera kembali menjenguknya, sinar keceriaan mulai mengampirinya kembali. Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima Malin dari nahkoda kabar itu, Malin tak kunjung kembali untuk menengoknya. Ketika kapal itu mulai merapat, terlihat sesosok anak muda berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkilau terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum karena bahagia disambut dengan meriah.Mande Rubayah yang menghampiri dan memeluk Malin karena takut kehilangan anaknya lagiMande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar kencang saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anaknya, Malin Kundang. Belum sempat para sesepuh kampung menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung memeluknya erat Malin karena takut kehilangan anaknya lagi. “Malin, anakku. Kau benar anakku kan?” katanya menahan isak tangis karena gembira, “Mengapa begitu lama kau tidak memberi kabar?”Malin terkejut karena dipeluk perempuan tua renta yang berpakaian compang-camping itu. Ia tidak percaya bahwa perempuan itu adalah ibunya. Sebelum dia sempat berpikir untuk berbicara, istrinya yang cantik itu meludah dan berkata, “Perempuan jelek inikah ibumu? Kenapa dulu kau bohong padaku! Bukankah dulu kau mengatakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!” ucapnya sinis Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya hingga terguling ke pasir, “Perempuan gila! Aku bukan anakmu!” katanya kasar.Malin terkejut karena dipeluk oleh ibunya dan istrinya pun juga dilindungi oleh Mande RubayahMande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata, “Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Kenapa kau jadi seperti ini Nak?!” Malin Kundang tidak memperdulikan kata ibunya. Dia tidak akan mengakui ibunya. la malu kepada istrinya. Melihat perempuan itu bersujud hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, “Hai, perempuan gila! buku tidak seperti kamu! Melarat dan kotor!” Perempuan tua itu terkapar di pasir, menangis, dan sakit hati. Orang-orang yang meilhatnya ikut terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mande Rubayah pingsan dan nyinyir sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi.Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Saya tidak menyangka Malin yang dulu disayangi tega melakukan hal itu. Hatinya perih dan sakit, lalu tangannya diangkat ke langit. Ia kemudian berdoa dengan hatinya yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil menangis. Tak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan sangat lebatnya.Malin tidak mengakui ibunya dan menendang Mande Rubayah hingga terkapar di pasir sambil menangisDatangnya badai besar yang menghantam kapal Malin Kundang dan tampak sebongkah batu yang menyerupai tubuhnyaEsoknya saat matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di pinggir pantai terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. Itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang dikutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh istrinya malin kundang

Naila andita
Naila andita
2 tahun yang lalu

Sejarah Indonesia masa kemerdekaan tahun 1945 Pada setiap tanggal 17agustus masyakart tanah air selalu memperingati hari proklamasi

Zahra adellia
Zahra adellia
2 tahun yang lalu

Bandung jawabarat alasan nya tempat indah sejuk sangat menarik wisatawan asing untuk menik mati ke indahan alam sawah dan pengunungan nya serta adat budaya dan mosik tradisional nya

Anjar ikhtiarrina
Anjar ikhtiarrina
2 tahun yang lalu

Kisah si Dayang Bandir dr cerita rakyat Sumatera Utara, Dayang Bandir dan adiknya Sandean Raja adalah putra putri raja, ketika kecil mereka ditinggal ayahnya yaitu sang raja, paman yg tamak mengambil alih kekuasaan sehingga mereka berdua dibuang ke hutan. Ketika dewasa Sandean Raja menuntut haknya sbg putra mahkota dengan meminta bantuan kerajaan lain yang juga kerabat ibunya, setelah banyak perjalanan Sandean Raja berhasil menjadi Raja di kerajaannya. Moralnya adalah kebenaran dan hak2 yg semestinya di dapatkan akan di dapatkan dengan usaha dan waktu yg menjawabnya ( dr buku Kumpulan Cerita Asli Indonesia karya Tim Elex )

Nadin Chelseannisa Fitri Prasubakti
Nadin Chelseannisa Fitri Prasubakti
2 tahun yang lalu

Cerita "malin kandang" Alkisah, di pesisir pantai daerah Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu bersama anak kesayangannya yang bernama Malin. Sejak suaminya meninggal, Ibu Malin harus berjuang mati-matian untuk menghidupi Malin. Meskipun begitu, ia tetap merasa bahagia karena Malin merupakan anak yang penyayang. Dia juga sangat manja. Malin akan selalu menemani ibunya bekerja menjual ikan. Semakin hari, Malin semakin beranjak dewasa. Ia merasa sudah saatnya untuk menggantikan ibunya bekerja. Namun, Malin memiliki keinginan lain ketika melihat banyak teman sebayanya bisa kaya raya dalam waktu cepat setelah berjualan di kota.“Mak, Malin ingin merantau ke kota seberang. Malin akan menghasilkan banyak uang untuk Emak dari sana.” Ibu Malin sangat terkejut mendengar keinginan putra kesayangannya itu.“Jangan, Malin. Tetaplah di sini bersama Emak. Emak tidak ingin ada hal buruk yang menimpamu jika merantau ke kota.” Malin berupaya meyakinkan ibunya bahwa ia akan baik-baik saja di kota. Dengan hati yang gelisah, Ibu Malin melepaskan putranya yang hendak merantau. “Hati-hati di sana ya, Nak. Jangan lupa untuk cepat pulang.” Ibu Malin memeluk Malin dengan sangat erat. Dia melambaikan tangan di tepi Pantai Air Manis untuk mengantarkan kepergian Malin. Beberapa lama kemudian, Malin tidak kunjung pulang ke rumah. Bertahun-tahun, ibunya hanya hidup sendirian. Hingga pada suatu hari, Ibu Malin mendapatkan kabar dari salah satu anak temannya yang juga merantau di kota seberang. “Malin sudah menikah dengan putri seorang bangsawan, Bu. Dia tidak mungkin akan kembali ke sini,” jelas anak teman Ibu Malin yang baru saja kembali dari kota seberang.“Tidak, Malin pasti akan kembali.” Dua bulan kemudian, Istri Malin yang sedang hamil mengidamkan berlibur ke Pantai Air Manis. Karena sangat menyayangi istrinya, Malin mengabulkan permintaan istrinya itu. Di dalam perjalanan, Malin teringat dengan ibunya. Malin merasa malu jika ia harus mengenalkan ibunya kepada istrinya. Saat kapal mereka sudah menepi di pinggir pantai, Ibu Malin yang sedang berjualan ikan melihat anaknya dari kejauhan. Ia sangat yakin itu adalah Malin. Sang ibu bergegas berlari dan memeluk tubuh Malin. “Lepaskan! Siapa kau?” Ibu Malin terkejut ketika tubuhnya didorong oleh Malin. “Malin, ini aku, ibumu.” “Ibu? Apa perempuan lusuh ini ibumu? Kenapa kau berbohong, Malin? Kau bilang kau anak bangsawan sepertiku!” Istri Malin sangat marah menemukan kebohongan Malin yang terungkap.“Tidak, dia bukan ibuku!” Malin bersikeras tidak mengakui ibunya. Ia bahkan menarik tubuh istrinya untuk meninggalkan pantai. Ibu Malin merasa sangat sedih sekaligus marah. Iapun berdoa kepada Tuhan dan menyumpahi Malin agar dikutuk menjadi batu. Langit bergemuruh setelah doa itu terdengar.Malin menyesali perbuatan yang ia lakukan kepada ibunya. “Ibu maafkan anakmu yang durhaka ini!” Teriakan Malin sia-sia karena tidak lama setelahnya, kapal Malin terombang-ambing oleh ombak hingga karam dan terpecah. Keesokan paginya, semua orang di Pantai Air Manis terkejut menemukan banyak kepingan kapal yang berserakan. Namun, mereka lebih terkejut saat menemukan batu berbentuk manusia tengah bersujud. Kutukan Ibu Malin menjadi nyata. Ia menemukan anaknya yang ia kutuk menjadi batu. Ibu Malin menangis dan menyesali ucapannya..

Agenda Hari Ini