Giscel putri anandira
1 tahun yang lalu
Perasaan yang saya dapet kekita membaca buku sangat senang dan sangat seru
Khansa adina mahvin
1 tahun yang lalu
Saya sendiri belum menemukan club buku
Chandra Kesuma
1 tahun yang lalu
Aku semingu ini sudah banyak mem baca buku, salah satunya buku kisah tanah Jawa yang menceritakan kisah mistis di Indonesia, dan suasan hati sedang senang belakangan ini
Giscel putri anandira
1 tahun yang lalu
Aku hari ini membaca buku tentang malin kundang, malin kundang adalah anak yang durhaka kepada ibu nya lalu ibunya mengkutuk malin kundang menjadi batu
Chandra Kesuma
1 tahun yang lalu
Hari ini aku baca buku pelajaran PPkn kelas 9 kurikulum merdeka
Chandra Kesuma
1 tahun yang lalu
Aku menemukan klub buku ini di Instagram, namanya adalah @jakartabookclub
Septia Putri
1 tahun yang lalu
Novel yang saya baca selama seminggu terakhir yaitu Novel Kembang Illang di Musim Hujan, Novel Siti Nurbaya dan Novel Tak Putus Dirundung Malang.
1. Novel Kembang Illang di Musim Hujan, Penulis : Penulis: Soemarso SR, Penerbit : PT Balai Pustaka. Buku yang berlatarbelakang kehidupan desa pasca G30 S PKI ini bercerita tentang sisa-sisa gerakan tersebut yang mencoba bangkit melawan kekuasaan yang ada. Melalui organisasi tanpa bentuk yang disebut committee proyek. Dengan intrik, sabotase dan tentunya suap. Novel ini bersetting kehidupan desa awal tahun 70-an. Belum ada jalan aspal, listrik, atau jamahan kehidupan modern yang lain. Namun, pamrih, kekuasaan dan intrik ternyata tak mengenal desa atau kota. Juga keyakinan, paham dan ideologi. Kembang ilalang bercerita tentang kekuasaan. Proses pencapaian, pelaksanaan, konsep yang dianut serta intrik yang menghadang. Namun, lebih daripada itu, novel ini bercerita tentang tokoh utama, Indras, dalam menemukan identitas pribadinya. Juga belitan cinta segi enamnya dengan Iis, Titik, Pak Baskoro, Marijo, dan Pak Carik. Masing-masing memakai topeng untuk menyembunyikan maksud sebenarnya.
2. Novel Siti Nurbaya, Penulis : Marah Rusli dan Penerbit : Balai Pustaka. Novel ini menceritakan kisah Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri yang sudah saling dekat sejak dari sekolah rakyat. Sitti Nurbaya diceritakan sebagai anak pedagang kaya Bagindo Sulaiman, dan Samsul Bahri adalah anak Sutan Mahmud seorang Penghulu di Padang. Keduanya harus berpisah karena Samsul Bahri harus melanjutkan sekolah dokter ke Jakarta.Novel ini juga menghadirkan sosok Datuk Maringgih yang merupakan seorang kaya yang kikir di Padang. Datuk Maringgih melakukan tipu muslihat kepada Bagindo Sulaiman (ayah Sitti Nurbaya) yang membuat ia jatuh miskin. Datuk Maringgih awalnya meminjamkan uang kepada Bagindo Sulaiman yang kemudian uang itu tidak dapat dikembalikan oleh Bagindo Sulaiman. Datuk Maringgih akhirnya mengadukan hal itu kepada Belanda agar Baginda Sulaiman dipenjarakan. Dengan kepiawaiannya, Datuk Maringgih memberikan pilihan kepada Bagindo Sulaiman supaya tidak dipenjara dengan syarat Sitti Nurbaya dapat diperistri oleh Datuk Maringgih. Diceritakan bahwa Sitti Nurbaya rela menikah dengan Datuk Maringgih tanpa paksaan dari Baginda Sulaiman. Mendengar pernikahan tersebut, Samsul Bahri sangat kecewa. Bahkan, Samsul Bahri nekad bunuh diri. Akan tetapi, rencana itu dapat digagalkan oleh seseorang. Disisi lain, Sutan Mahmud (ayah Samsul Bahri) di Padang telah mendengar bahwa Samsul Bahri telah meninggal karena bunuh diri. Dalam perjalanan hidupnya, akhirnya Samsul Bahri memutuskan untuk menjadi opsir Belanda. Dalam penugasannya, ia dikirim ke Padang untuk memadamkan suatu pemberontakan di sana. Di medan inilah Samsul Bahri akhirnya bertemu dengan pemberontak yang dikepalai oleh Datuk Maringgih. Dikisahkan Datuk Maringgih akhirnya menginggal dunia dalam pertempuran ini begitu pula dengan Samsul Bahri yang meninggal setelah berada di rumah sakit. Hal mencengangkan lainnya adalah bahwa Sitti Nurbaya telah lama meninggal dunia karena diracun oleh Datuk Maringgih. Sampai sekarang di Gunung Padang ada lima kuburan yang berjejer. Kuburan itu adalah kuburan Bagindo Sulaiman, kuburan Sitti Nurbaya, kuburan Samsul Bahri, kuburan Sitti Maryam (ibu Samsul Bahri), dan kuburan Sutan Mahmud (ayah Samsul Bahri).
3. Novel Tak Putus di Rundung Malang, Penulis: Sutan Takdir Alisjahbana, Penerbit : Dian Rakyat.Novel ini mengisahkan kehidupan dua bersaudara, Mansur dan Laminah, kakak-adik, anak dari Madang. Mereka sejak kecil ditinggal ibunya. Lalu ayahnya meninggal saat sang kakak kira-kira berumur 8-9 tahunan. Sang adik masih kecil. Sejak kepergian ayah, mereka tinggal dengan Tante. Di situ mereka hidup tidak tenang. Mansur dipaksa bekerja keras, menggembala di padang, dan mencari kayu bakar. Sedangkan adik, Laminah, dipaksa menjaga sepupunya yang masih kecil. Sewaktu masih ada ayah, mereka hidup bahagia. Ayah sering memungut durian atau mencari ikan di sungai. Mereka menunggu di rumah. Mereka juga ikut ayah menjual durian ke ujung sungai. Pergi dengan rakit yang bergerak dengan arus sungai. Mereka juga sering berkunjung ke rumah Tante yang berdekatan. Waktu itu Tante dan suaminya sayang sama mereka. Mereka dimanja. Namun, ketika ayah tidak ada, sikap suami Tante berubah. Dia menjadi bengis dan kadang-kadang tidak menaruh iba pada anak yatim piatu itu. Laminah yang jadi korban, dipukul karena membuat anaknya luka. Padahal anaknya menginjak pisau saat bermain dengan Laminah. Apa boleh buat, sang kakak makin besar dan tangguh. Mereka berlindung di rumah sepasang kakek-nenek yang amat sayang pada mereka sebelum berangkat ke Bengkulu untuk mencari pekerjaan. Hari-hari dilalui dengan penuh kegigihan dan perjuangan sang kakak beradik. Mereka selalu dirundung duka. Banyak cobaan hidup yang mereka alami. Sampai akhirnya sang adik bunuh diri dengan cara mencebur ke laut karena stres sang kakak dipenjarakan.Kemudian sang kakak kecewa karena harus hidup sendiri. Baginya tidak ada arti kalau sang adik telah tiada. Dia pergi dengan kapal lalu mencebur ke laut. Kru penyelamat kapal berusaha menolongnya namun gagal.
Najwaauliasalsabila
1 tahun yang lalu
saya Membaca Buku bahasa Indonesia Yang sangat Menyenangkan
Zalfa Marza Hisanah
1 tahun yang lalu
hari ini saya membaca buku dongeng tentang Malin Kundang. saya sedih karena seorang anak yang telah dibesarkan oleh ibunya malah berbuat atau menjadi anak yang durhaka kepada ibunya.