Davina Nathaniela
1 tahun yang lalu
Buku yang berjudul " Memorizing like an elephant" , saya sudah membaca 6 halaman yang berisikan tentang otak kita seperti raksasa yang tidur, kita harus melatih otak kita dengan teknik dan cara yang benar. Ketika kita menggunakan otak untuk melakukan aktivitas maka saraf tidak berhenti untuk terus berkembang dan memunculkan penyakit "lupa"
Julyus Efans
1 tahun yang lalu
Saya bertukar buku sama teman saya yang bernama chesar.... dia membaca buku tentang Siberu daya...Cerita si Beru daya berasal dari tanah Karo,Sumatera Utara...Si Beru Dayang merupakan cerita rakyat dari suku Karo dengan kisah tentang asal muasal padi di Karo, Sumatera Utara. Kisah ini berawal dari Beru Dayang yang merupakan anak yatim yang tinggal bersama ibunya......
kisah ini berawal dari Beru Dayang yang meninggal dunia di pangkuan ibunya karena kelaparan.
Oleh warga jasad Si Beru dikuburkan di pemakaman desa. Tak lama setelah Beru Dayang dimakamkan, sang ibu memilih untuk bunuh diri atau mengakhiri hidupnya karena sedih yang berkepanjangan usai ditinggalkan anaknya.
Setelah Beru Dayang dan ibunya tiada, Karo pun mulai dilanda krisis kelaparan. Dan karena itu banyak warga yang berupaya mengais apa pun untuk bisa makan.
Hingga suatu saat ada warga yang menemukan tanaman mirip labu, dengan perasaan aneh, akhirnya buah itu dibawa ke pulang ke rumah hingga diketahui sang raja.
Raja saat itu pun merasa penasaran dengan nama buah yang tak pernah mereka temui itu, Tak berapa lama kemudian terdengar suara gaib yang menyebutkan bahwa buah itu merupakan jelmaan Beru Dayang.
Maka sejak hari itu dipelihara orang lah Si Beru dayang. Suara gaib itu memerintahkan agar buah itu dipotong-potong dan ditanam ke tanah, akhirnya tak berapa lama kemudian hujan turun hingga tanah yang kering itu mendadak basah seketika.
Raja kemudian memberikan nama Si Beru Dayang ketika tanaman itu masih berbentuk bibit. Saat berumur enam hari diberi nama si Beru Dayang Merengget-engget, ketika berumur sebulan diberi nama si Beru Dayang Meleduk Si Beru Dayang Burnis.
Pada waktu itu tibalah waktu menaburi padi. Yang menaburi padi itu adalah tiga pemuda dan tiga anak gadis. Semuanya berpakaian rapi dan bagus.
Si pemuda membawa kitang yang berisi air tawar, si gadis membawa tumba beru-beru yang berisi tawar daun simalem-malem, daun-daun kalinjuang.
Setiap menaburi padi dengan air beserta ramuan-ramuan itu tadi si gadis berseru: "Bangunlah engkau hari Beru Dayang, suburlah engkau, kami datang bersenang-senang, oleh karena itu suburlah engkau!"
Pada waktu padi berkembang ia diberi makan, persis seperti manusia memberi makan anak perempuan yang sedang hamil tua. Dibuatkanlah makanan yang enak seperti, gading, lemang, ikan emas dan lain-lain.
Beberapa orang tua pergi ke tengah-tengah padi membawa makanan yang telah disiapkan. Lalu berserulah orang tua itu memanggil padi.
"Mari Beru Dayang berkumpullah engkau semua, jangan terkejut engkau kami beri makan, makanan yang enak, bangunlah engkau, keluarlah buahmu seperti yang dikehendaki namamu sekarang Beru Dayang La Simbaken"
Setelah buah padi keluar diberi nama lah si Beru Dayang Kumarkar Dunia. Setelah buah padi berisi air dinamakanlah si Beru Dayang Terhine-hine. Setelah buah padi berisi maka datang pula orang tua pemilik ladang yang membawa tapak sirih lengkap dengan isinya, telur ayam, dan beras ke tengah ladang.
Setelah sampai di tengah ladang, lalu ia menarik tiga rumpun padi dan mengikatnya menjadi satu. Diletakkanlah tapak sirih beserta isinya. Isi tapak sirih itu berisi beras dan telur ayam tadi diletakkan di bawah padi yang diikatnya.
Kemudian ia pun makan sirih di tempat itu. Setelah ia selesai makan sirih itu lalu ia pun berseru. "Sekarang engkau bernama Beru Dayang Pemegahken, karena buahmu telah berisi."
Setelah itu mereka pun pulang ke rumah dengan membawa semua yang diletakkannya di bawah padi tadi yaitu tarak sirih beserta isinya, telur ayam dan beras. Setelah masa menuai padi hampir tiba, diadakanlah pesta memberi makan padi yang dinamai "merek page" diundanglah semua keluarga, bersama-sama berpesta makan besar.
Setelah selesai makan maka orang-orang tua berangkat ke ladang memberi makan padi. Sampai di tempat dikelilingi lah padi di ladang itu sambil berseru.
"Makanlah engkau, sudah kami siapkan makanan mu dan sekarang engkau bernama Si Beru Dayang Patunggungken."
Setelah padi selesai diberi makan mereka kembali ke rumah. Sampai di rumah ditetapkan mereka lah hari menuai padi. Setelah menuai padi tiba, berkumpul lah semua orang ke ladang untuk menuai padi. Di tempat itu berseru pula lah orang-orang tua itu.
"Sekarang engkau kami tuai, namamu sekarang Si Beru Dayang Pepulungken."
Setelah selesai dimulailah memotong padi. Setelah selesai dipotong lalu diirik yang kemudian dikumpulkan padi itu menjadi satu lalu berseru pula lah orang-orang tua itu.
"Sekarang engkau kami satukan, menjadi banyaklah engkau, menggununglah engkau, namamu sekarang si Beru Dayang Petambunen."
Setelah selesai lalu dianginin, setelah selesai dianginin barulah dibawa ke rumah. Yang membawa ke rumah adalah pemuda dan anak gadis tadi sambil beriring-iringan. Setelah sampai di rumah di beri nama lah Si Beru Dayang Pasinteken.
Setelah padi menjadi banyak karena selalu subur, terjadilah perang, saling bermusuhan, maka dari itu manusia tidak perlu lagi payah-payah mencari makanan untuk esok lusanya. Tetapi, karena peperangan yang begitu lamanya, maka padi itu pun dibakar.
Setelah padi itu habis maka aman pulalah keadaan kembali. Tiga kali terjadi keributan maka tiga kali pula si Beru Dayang mendatangi manusia untuk memberi benih padi. Pada yang ketiga kalinya si Beru Dayang memberikan petuah kepada manusia, ia berkata.
"Jika waktu menanam tiba ataupun waktu memasukkannya ke dalam lumbung, tepatlah setelah menanam padi tanamlah jawawut, jali kacang merah dan labu. Bibit padi mintalah nanti kepada Kalimbubu agar padi subur. Benih Jawawut dan Jali mintalah kepada anak beru dan tanamlah nanti di sekeliling ladang karena sangat besar tanggung jawabnya kepada keluarga kalimbubu agar jangan retak rumah tangganya. Dan anak beru itulah yang menjadi pagar seandainya ada niat buruk orang"
Ahmad Dhika Alfarizqy
1 tahun yang lalu
saya bertukar buku dengan temanku bernama Wildan teman ngajiku, saya menukarkan buku SAINS miliku dengan buku cerita tentang kisah para Nabi miliknya.
Citra Ramadani
1 tahun yang lalu
Teman yang saya tukar yang brnama Dista Aprillia
Saya membaca buku cerita yang berjudul rubah yang nakal
Dhapfa Awalharits
1 tahun yang lalu
Buku novel dengan buku cerita rakyat (Sangkuriang). Pada zaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Dia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu dia berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan. Maka, anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan.
Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada Ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu.
Tanpa sengaja dia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Dia sangat kecewa dan pergi mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Dia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Dia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Alasannya ingin mengetahui cerita Sangkuriang untuk menambah wawasan.
Justin Marcello Diego Johnson
1 tahun yang lalu
Buku yang berisi tentang teknologi di jaman ini .
Airin Salsabilla
1 tahun yang lalu
nama teman: Sofia
buku:belalang dan semut
cerita:musim panas yang cerah dan hangat membuat belalang menari, menyanyi dan bermain dengan biola kesayangannya hampir tiap hari ia tidak ingin bekerja atau mempersiapkan untuk menghadapi musim dingin, tidak terlintas di pikiran belakang bahwa hari-hari yang indah ini di musim panas ini akan segera berakhir,berganti menjadi musim dingin,dimana hujan akan segera turun dan udara yang sangat dingin.saat belalang bermain biola,dia melihat semut yang tengah bekerja keras lewat di depan rumahnya.belalang yang riang ini berbagi kebahagiaan kepada semut, sehingga dia mengundang semut untuk bersenang-senang bersama di rumah belalang.semut pun menolak permintaan belalang Dengan halus,"maaf saya masih harus bekerja keras agar saat musim dingin saya memiliki cadangan makanan dan tempat tinggal yang lebih hangat."belalang pun menanggapi penolakan yang di lakukan semut,"berhentilah memikirkan terlalu banyak hal,mari kita bernyanyi dan menari saja,agar perasaan lebih baik.ayolah kita harus menikmati hidup kita"
Justin Marcello Diego Johnson
1 tahun yang lalu
Tentang perkembangbiakan se ekor burung yang kelaparan , dia memangsa mangsanya yaitu ikan2 di laut .