JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh

BACA JAKARTA III

17 September 2023 - 2 Oktober 2023
Triwulan 3

4559

Partisipan saat ini

0

Partisipan diundang

Deskripsi

Yuk, ikutan Tantangan Baca Jakarta selama 14 hari. Sebuah tantangan membaca untuk masyarakat semua usia yang tinggal di Jakarta maupun luar Jakarta. Bergembira bersama sambil mencerdaskan masyarakat DKI Jakarta, juga Indonesia.

Dari tanggal 17 - 30 September kita bersama-sama membaca sekaligus beraktivitas literasi di mana pun dan kapan pun.

#DenganBacaKitaBisa #SalamLiterasi

Bagikan event ini:

Aktivitas Peserta

Muhammad Khoiril Anam
Muhammad Khoiril Anam
1 tahun yang lalu

Bertukar buku dengan teman dengan judul "buku aku bisa begini dan aku bisa begitu". Banyak cerita yang membuat saya lebih berani akan segala hal yang baru.

kirana kayla resti dinata
Kirana kayla resti dinata
1 tahun yang lalu

Cita cita saya sebagai penari, salah satu impian saya dari kecil. Kebetulan hobi saya itu menari dan ingin mengembangkan bakat disini

Bernardinus Realino Marvin Martono
Bernardinus Realino Marvin Martono
1 tahun yang lalu

Aku bertukar buku dengan teman sekelas ku, namanya M. Raffa Aditya. Aku membawa buku komik sains Why sedangkan temanku membawa buku ensiklopedi truk. Sepertinya buku yang aku terima menarik untuk dibaca. Banyak gambar menakjubkan, tak sabar aku mau membacanya.

Danesh Rabbani Ahmad
Danesh Rabbani Ahmad
1 tahun yang lalu

Dengan Najril,bertukar buku,Sri gala dan kambing kecil dengan kisah nabi Adam as

CANTIKA HAERANI
CANTIKA HAERANI
1 tahun yang lalu

NAILAH, saya menukarkan buku raihlah bintang bintang karya sakti Wibowo dan sheana Rifki kepada nailah karna agar nailah bisa tau bagaimana meraih bintang bintang itu sampai dapat

CANTIKA HAERANI
CANTIKA HAERANI
1 tahun yang lalu

NAILAH, saya menukarkan buku raihlah bintang bintang karya sakti Wibowo dan sheana Rifki kepada nailah karna agar nailah bisa tau bagaimana meraih bintang bintang itu sampai dapat

Selena Yemima Majesa Pasaribu
Selena Yemima Majesa Pasaribu
1 tahun yang lalu

Buku Aneka Bentuk di Sekitarku, Buku ini menceritakan berbagai macam bentuk dari makanan seperti Bentuk Segiempat dari Bika Ambon, Getuk dan Nagasari dan lain-lainnya.

Qibtiah Hilmi
Qibtiah Hilmi
1 tahun yang lalu

nama teman; Caca temanku baca maling Kundang aku membaca kancil

Fera Dwi Nabila
Fera Dwi Nabila
1 tahun yang lalu

hari ini saya membaca buku cerita malin kundang yang berasal dari sumatra cerita malin kundang: Zaman dahulu kala ada sebuah cerita di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di Padang, Sumatera Barat. Ada seorang janda bernama Mande Rubayah yang hidup bersama anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. Mande Rubayah sangat menyayangi dan memanjakan Malin Kundang. Malin kemudian tumbuh menjadi seorang anak yang rajin dan penurut. Ketika Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual kue untuk mencupi kebutuhan dirinya dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh sakit keras, hingga nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin disayang. Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyayangi. Saat Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis. “Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu padamu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibu yang sedih setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau. “Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” ujar Malin sambil menggenggam tangan ibunya. “Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” pinta Malin memohon. Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya sambil menangis. Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan Malin untuk pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus, “Untuk bekalmu di perjalanan,” sambil menyerahkannya pada Malin. Setelah itu Malin Kundang berangkat ke tanah rantau meninggalkan ibunya sendirian. Hari demi hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut. “Sudah sampai mana kamu mengarungi Nak?” tanyanya dalam hati sambil terus memandang laut. la selalu mendoakan agar anaknya selalu selamat dan cepat kembali. Beberapa waktu kemudian ketika ada kapal yang datangmerapat ia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. “Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan dia pulang?” tanyanya. Namun setiap ia bertanya pada awak kapal atau nahkoda tidak pernah mendapatkan jawaban. Malin tak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga tubuhnya semakin tua, dan kini memutar mulai terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang terlebih dahulu membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah. “Mande, tahukah kau gadis, anakmu kini telah menikah dengan cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucapnya saat itu. “Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…” rintihnya pilu setiap malam. Ia yakin anaknya pasti datang. Benar saja tak berapa lama kemudian di suatu hari yang cerah dari jarak jauh tampak sebuah kapal yang megah nan indah berlayar menuju pantai. Penduduk desa mulai berkumpul, mereka mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira. Mande Rubayah amat gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan segera kembali menjenguknya, sinar keceriaan mulai mengampirinya kembali. Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin dari nahkoda itu, Malin tak datang kembali untuk menengoknya. Ketika kapal itu mulai merapat, terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum karena bahagia disambut dengan meriah. Malin, anakku. Kau benar anakku kan?” Menahan isak tangis karena gembira, “Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?” Malin terkejut karena dipeluk perempuan tua renta yang berpakaian compang-camping itu. Ia tak percaya bahwa perempuan itu adalah ibunya. Sebelum dia sempat berpikir untuk berbicara, istrinya yang cantik itu mengelilingi dan berkata, “Perempuan jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau berbohong padaku! Bukankah dulu kau mengatakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!” ucapnya sinis Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya hingga terguling ke pasir, “Perempuan gila! Aku bukan anakmu!” ucapnya kasar. Mande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia terjatuh terduduk sambil berkata, “Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kamu jadi seperti ini Nak?!” Malin Kundang tidak memperdulikan perkataan ibunya. Dia tidak akan mengakui ibunya. la malu kepada istrinya. Melihat perempuan itu bersujud hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, “Hai, perempuan gila! lbuku tidak sepertimu! Melarat dan kotor!” Perempuan tua itu terkapar di pasir, menangis, dan sakit hati. Orang-orang yang meilhatnya ikut terpanas dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak mengira Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian. Hatinya perih dan sakit, lalu diangkat ke langit. Ia kemudian berdoa dengan hati yang pilu, “Ya Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku minta maaf atas perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil menangis. Tak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, tiba-tiba berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya. Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal Malin Kundang. Malin pun ketakutan luar biasa. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Lalu sambaran petir yang menggelegar. Saat itu juga kapal hancur berkeping-keping. Kemudian terbawa ombak hingga ke pantai. Esoknya saat matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di pinggir pantai terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. pesan moral dalam cerita malin kundang ini janganlah kamu melupakan orang tua jika sudah sukses terutama ibu mu karna ibu lah kita bisa lahir ke dunia ini ibu kita sudah mengandung dan melahirkan kita maka dari itu kita tidak boleh melupakan jasa nya

Agenda Hari Ini