Muhamad Trivally Alkamani Pura
1 tahun yang lalu
Cita cita saya menjadi kaya raya., tujuan saya 1, agar banyak bisa membantu sesama, dan membantu dalam banyak hal.
DIAH FERDIANTI
1 tahun yang lalu
Buku Amalan Ringan Menakjubkan dari ustad Ali Jabeer. Buku yang membahas amalan amalan yang ringan kita lakukan sebagai umat muslim namun manfaatnya luar biasa. Seperti rajin beristighfar... merupakan cara mendapatkan ampunan dari Allah SWT dan membuka rezeki. Selalu mengamalkan untuk membaca surat Al ikhlas setiap selesai sholat sama hal nya dengan kita meng Khatam kan Al Qur'an. Semoga Allah SWT melapangkan kubur ustad Ali Jabeer dan menerima amal ibadahnya...Aamiin
Heryanti
1 tahun yang lalu
Heryanti, usia 49 th. Saya ikut tantangan untuk memperluas wawasan
Adskhan Fahmi
1 tahun yang lalu
Judul buku pintar anak Soleh
Buku ini menceritakan tentang atau berisi doa doa sehari hari serta cara hidup islami yang bermanfaat untuk anak usia sini
Ijma Dania Agustin
1 tahun yang lalu
buku yang saya baca hari ini berjudulnya berteman Yuk,
mama Maura bilang senyum itu ajab sebab bisa membuat kita punya banyak teman harus ramah terhadap teman harus berbagi terhadap teman tidak pilih kasih terhadap teman dan pemaaf makah kita akan punya banyak teman
Zhafirah Ahmad
1 tahun yang lalu
Cita-cita saya adalah menjadi dokter. Alasannya adalah karena saya ingin membantu menyembuhkan orang yang sedang sakit.
Zhidanwahyudi
1 tahun yang lalu
Saya direkomendasikan buku percintaan,ya saya berniat
Luna Hanun Shaliha
1 tahun yang lalu
Hutan Merah karya Fauzia. A
Matahari bersinar terik di Lampung. Sinarnya terhalang rimbunnya pepohonan, sehingga hanya menyisakan berkas tipis. Burung-burung berkicau seolah sedang menyanyikan lagu untuk alam. Bunyi riak jernih sungai beradu dengan batu kali berpadu dengan sahutan dari beberapa penghuni hutan yang lainnya. Ya, inilah tempat tinggal Bora, si anak gajah Lampung yang sekarang tengah asyik bermain bersama teman-temannya di sebuah sungai.
Ketika Bora menyemprotkan air ke arah Dodo—anak gajah lainnya—dengan belalainya, ia pun memekik nyaring. Sampai akhirnya, kegembiraan mereka terpecah oleh bunyi bising dari sebelah utara hutan. Bunyi bising itu bercampur dengan deru sesuatu yang sama sekali tidak Bora kenal.
“Hei, lihat itu!”
Semua serentak menghentikan kegiatan mereka dan menengok ke langit yang ditunjuk Dodo. Asap hitam tebal yang membumbung tinggi dari sana. Asap itu semakin tebal dan terus menebal. Itu merupakan fenomena aneh yang baru pertama kali mereka saksikan. Selama ini yang mereka tahu, langit selalu berwarna biru cerah dengan awan putih berarakan.
Keheningan hutan itu kemudian pecah saat Teo tiba-tiba saja datang sambil memekik nyaring, “Hutan terbakar! Hutan terbakar!”
Semua ikut memekik ketakutan. Hutan terbakar! Tempat tinggal mereka terbakar!
“Bora! Apa yang kau lakukan!? Cepat pergi!” Pipin berteriak sambil menarik belalai Bora dengan belalainya..
Suasana hutan yang tadinya damai tenteram, seketika menjadi neraka bagi semua hewan. Asap hitam pekat yang mulai menyelimuti seluruh hutan ini. Suhu udara mulai panas, membuat para hewan makin berteriak nyaring.
Bora panik bukan main. Sambil mengikuti langkah Pipin, matanya bergerak ke sana-ke mari, mencari sosok ibunya.
“Pipin! Di mana ibuku?” tanya Bora.
“I-ibu … ibumu ….” Pipin tidak bisa menjawab karena sama-sama tidak tahu di mana ibu Bora berada.
“Aku harus kembali ke sarang!” Bora melepaskan belalainya dari belalai Pipin, lalu berbalik untuk kembali ke sarangnya.
Namun, sebelum Bora melancarkan niatnya itu, Pipin sudah menarik kembali belalainya. “Ibumu pasti sudah berada di depan. Bersama gajah dewasa lainnya.”
Bora menghiraukan ucapan Pipin, lalu kembali meloloskan belalainya dan berlari sekuat mungkin menuju sarangnya.
“Bora!” Pipin berteriak di belakangnya.
Bora sampai di dekat sarangnya berada dengan napas terengah. Ia langsung membelalakkan mata begitu melihat sosok ibunya sedang bersusah payah keluar dari sarang. Api sudah menjalar di setiap pohon di dekat sarangnya itu.
“Ibu!” teriak Bora sekuat tenaga.
“Sedang apa kamu?! Cepat pergi dari sini!” teriak ibu Bora sambil menggerakkan belalainya, menyuruh Bora menjauh dari tempat ini.
“Tidak! Aku tidak mau!” balas Bora keras kepala. Kenapa ibunya masih bisa berkata seperti itu? Padahal jelas-jelas ia dalam keadaan terjebak api?
“Cepat pergi, Bora!”
“Bora! Ayo pergi!” Tiba-tiba saja Pipin datang ke tempatnya dan langsung menarik belalai Bora.
“Tidak mau!” Bora menyentak belalai Pipin keras. “Ibu! Aku akan menyelamatkanmu!”
“Jangan, Bora!” bentak Pipin
Kraaak! Braaak!
“IBU!! IBU!!” Bora terus meraung memanggil ibunya. Pohon yang sedang terbakar itu jatuh dan kemudian menimpa tubuh payah ibu Bora.
“Ayo, Bora, kita harus pergi,” lirih Pipin sambil menarik Bora.
Sekali lagi Bora menoleh ke belakang saat dirinya sudah cukup jauh dari sarangnya. Tidak ada lagi hutan hijau dengan tumbuhan rindang di sekitarnya. Hutan hijau yang selalu ia kagumi sudah berubah menjadi hutan merah yang sangat panas.
Azzahra Sabrina Najwa
1 tahun yang lalu
Buku cerita rakyat yang berjudul "Si Tanduk Panjang". Menceritakan tentang seorang pasangan suami istri. Istri tersebut melahirkan seorang bayi yang memiliki tanduk kecil di ujung sisi kepala nya. Suami tidak suka memiliki anak yang memiliki tanduk. Sedangkan istrinya kaget mendengarkan kata kata dari suami nya. Sampai si istri menangis, dan tidak bisa berkata² lagi. Istri sudah mengandung bayi 9 bulan, tetapi suami nya tidak mau. Istri sangat kecewa bukan? Lalu sang suami akan membuang anak tanduk ke sungai. Sang suami menyuruh istri utk membuang atau menghanyutkan bayi tersebut ke sungai. Mau tidak mau istri tersebut membuangnya. 10 tahun setelahnya, sang suami merasa menyesal karena telah menghanyutkan bayi itu ke sungai. "Mengapa aku harus menyuruhmu buang anak satu²nya kita ke sungai, istriku??" ucap sang suami. Lalu sang istri berkata "Ah, lupakan saja. Aku masih kecewa denganmu!!!!" Ucap sang istri sambil marah². Bayi bertanduk itu sekarang sudah berusia 10 tahun. Ia hanya bisa hidup sendiri di salah satu rumah tua di hutan dekat sungai yang menghanyutkan bayi bertanduk itu. Pada saat bayi itu dihanyutkan, bayi itu ditemukan oleh seorang yang mirip dengan ibunya. Ia bernama bella. Bella hidup bersama anak yang bertanduk itu. Namun, sekarang sudah tida bertanduk. Pada suatu malam, bella sedang asik ngobrol bersama anak itu di bawah pohon dekat rumahnya. Tapi saat mereka sedang ngobrol, terlihat cahaya yang sangat terang dari arah belakang rumah tua itu. Ternyata, itu adalah orangtua dari si anak. Ibu berkata " Anakkuu...apakah kamu berada di dalam hutan iniiii?" Sambil berteriak. Lalu, anak itu terdengar suaranya. Anak itu berkata "Siapa kamu!mengapa kamu ada dihutan ini?" Sang ibu merasa kaget..begitupun dengan sang suami. Mereka memeluk erat anak itu. Sampai mengantarnya pulang. "Bella, ternyata selama ini kamu yang merawat anak ku?" Ucap sang ibu. "Ah, aku sebenarnya ingin mengantar anak mu ke rumah mu. Tetapi belum ada waktu" kata Bella. "Baiklah, terimakasih bella..." ucap sang ibu sambil menahan air mata. "Ohh baikk, sama sama ibu" ucap bella sambil tersenyum manis.