JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh

BACA JAKARTA III

17 September 2023 - 2 Oktober 2023
Triwulan 3

4559

Partisipan saat ini

0

Partisipan diundang

Deskripsi

Yuk, ikutan Tantangan Baca Jakarta selama 14 hari. Sebuah tantangan membaca untuk masyarakat semua usia yang tinggal di Jakarta maupun luar Jakarta. Bergembira bersama sambil mencerdaskan masyarakat DKI Jakarta, juga Indonesia.

Dari tanggal 17 - 30 September kita bersama-sama membaca sekaligus beraktivitas literasi di mana pun dan kapan pun.

#DenganBacaKitaBisa #SalamLiterasi

Bagikan event ini:

Aktivitas Peserta

Wafiqa Lucita wijayanti
Wafiqa Lucita wijayanti
1 tahun yang lalu

Cita cita saya ingin menjadi angkatan laut, orang yang berguna bagi nusa dan bangsa,sukses dunia, dan di surga.

Adifa nauara arfiani
Adifa nauara arfiani
1 tahun yang lalu

Aku inggin menjadi polwan.agar aku bisa melindungi masyarakat..

FABIAN ARKAREZI
FABIAN ARKAREZI
1 tahun yang lalu

Halo, saya Fabian 11 tahun dari Jakarta. Cita-cita saya ingin menjadi guru matematika, karena saya menyukai pelajaran matematika di sekolah. Menurut saya, mengerjakan soal matematika itu tantangan dan sangat menyenangkan apabila saya bisa menyelesaikan nya dengan baik.

Wafiqa Lucita wijayanti
Wafiqa Lucita wijayanti
1 tahun yang lalu

Wafiqa Lucita wijayanti Usia saya 11 tahun Jakarta Ingin menambah wawasan yang lebih luas, hal hal yang berfaidah

Adifa nauara arfiani
Adifa nauara arfiani
1 tahun yang lalu

Nama aku Adifa nauara arfiani, usia aku :7 tahun,asal daerah aku : dari Banten,saya ingin mengikuti kegiatan ini untuk selalu menyukai membaca dan menulis

Adzkia Saufa Chayrunnisa
Adzkia Saufa Chayrunnisa
1 tahun yang lalu

Cita cita ku ingin jd dokter tentara karena aku suka perang dan mengobati orang dl aku ingin jd polisi tp aku udh tidak tertarik lagi oleh polisi karena polisi kerjanya cuman nangkap maling dan lain lainnya jd aku ingin menjadi dokter tentara aja

Ruth Yanti Sinaga
Ruth Yanti Sinaga
1 tahun yang lalu

Buku yang saya baca hari ini kumpulan cerpen dari Penulis Budi Darma yang berjudul Atavisme. Atavisme sendiri memiliki dua arti, yaitu: 1. pemunculan kembali sifat-sifat (ciri-ciri) pada seseorang yang sudah lama tidak muncul pada generasi yang sebelumnya. 2. adat kebiasaan kuno yang turun temurun. Judul cerpen yang saya baca "Tukang Cukur" di halaman 59-67. Pikiran saya kembali berkecamuk kembali ke tahun 1948-1949, di mana dalam buku Sejarah peristiwa ini ditandai dengan Peristiwa PKI. Tokoh utama dalam cerita ini bernama Gito seorang pelajar. Kisah dalam cerpen ini dilatarkan dengan penggambaran keadaan sekolah dan situasi pada tahun 1948-1949. Gito dipertemukan dengan seorang Kakek bernama Leman. Kakek Leman ini manyinggung sedikit tentang seorang tukang cukur. Hanya saja tukang cukur ini bukan tukang cukur biasa, siapapun yang cukur di sini akan mengalami luka yang disengaja oleh tukang cukur tersebut. Tak sengaja Gito melewati pohon cemara tempat tukang cukur, sang tukang menawarkan rambut Gito agar dicker tapi entah kenapa Gito malah berlari kencang menjauhi tukang cukur. Di waktu ini juga banyak sekali pertumpahan darah yang terjadi, tak disangka tukang cukur berpakaian tentara, memakai duk merah, dan menenteng senjata. Kondisi di daerah Kudus, latar utama dalam cerita ini semakin hari semakin menggila, situasi tidak terkendali dengan banyaknya mayat yang bergelimpangan di tanah. Orangtua Gito mengajak anaknya untuk mengungsi ke rumah temannya bernama Pak Ruslan. Mereka bersembunyi di terowongan bawah tanah dan hanya makan pil pemberian Ruslan untuk mengatasi rasa lapar. Seminggu di sana, keadaan cukup membaik sehingga Gito kembali ke sekolah. Gito pun dikejutkan kembali bahwa Pak Ruslan dan tukang çukur berpakaian tentara Belanda sedang menaiki jeep. Tukang çukur bertindak sebagai sopir. Masuk ke bulan Desember tahun 1949, tentara Belanda ditarik dan markas diduduki oleh tentara Indonesia. Hal ini berkaitan dengan Konferensi Meja Bundar di Belanda. Dua jejak Pak Ruslan dan tukang çukur jejaknya hilang ditelan bumi. Tak cukup sampai di sini, cerpen ini ditutup dengan berita hebat bahwa ada tentara liar yang ingin menghancurkan Pemerintah Indonesia. Di sini juga Gito sebagai saksi menatap mayat yang terbujur kaku di bekas pabrik rokok,tempat pembantaian terjadi. Mayat yang dikenali oleh Gito tak lain tak bukan adalah tukang cukur. Perasaan saya haru ketika membacanya, saya seolah diajak berkeliling menyaksikan kisah hidup Gito. Anak kecil yang seharusnya bersekolah dengan aman dan tenang dihadapkan dengan keadaan pahit yang membuat Gito kehilangan masa kecilnya. Akan tetapi, sosok Gito juga peka terhadap situasi. Tidak sembarangan ingin dicukur oleh tukang cukur yang ternyata mata-mata. Leta peristiwa ini, saya semakin mengagumi sosok Gito yang punya daya juang tinggi. Hal ini bisa dijadikan sebagai landasan agar tetap semangat dan memegang teguh Pancasila dan buku ini kayak untuk direkomendasikan kepada siapapun.

Agenda Hari Ini