Kyla indah lestari
1 tahun yang lalu
ondel ondel
karna ada yg lucu d cerita
bisa menghibur diri
Christina Hutabarat
1 tahun yang lalu
Saya membaca buku "The Montessori Toddler" Karya Simone Davies. Hari ini saya membaca mengenai bagaimana menumbuhkan rasa ingin tahu anak, yaitu dengan cara:
1. Percaya kepada anak
2. Lingkungan belajar yang kaya
3. Menyediakan waktu bagi anak untun bereksplorasi
4. Landasan yang kuat dan aman
5. menumbuhkan rasa takjub
Adelia azzahwa edhelweis
1 tahun yang lalu
aku membaca buku yg berjudul
aku bertanya sains menjawab
seri 7 antareksa dan benda langit
Nur Luthfi Khumairoh
1 tahun yang lalu
saya membaca buku HOBI MAKAN, buku ini bercerita tentang kegemaran paman gebul dan cira yang hobi makan
Galih Putra Hardianto
1 tahun yang lalu
"sekarang saja"
8 jam proses memasak
ZAIN FADILLAH FERJHAN
1 tahun yang lalu
ya sudah saya membaca buku yang berjudul Gigiku yang terbaik. Menceritakan bahwa kita perlu merawat gigi dengan baik
Sirojuddin Asad
1 tahun yang lalu
Saya masih literasi buku *Petualangan Intelektual*, karya pak Simon Petrus L. Tjahyadi 📚. Lebih tepatnya, pada bab kedua yang berjudul "Para Filsuf Pra-Sokratik: Dua Filsuf Beradu, Parmenides versus Herakleitos" 🌌. Di sub bab ini, diceritakan tentang dua filsuf besar dari zaman pra-Sokratik yang memiliki pandangan sangat berbeda tentang realitas, yaitu pak Parmenides versus pak Herakleitos✨. Parmenides terkenal dengan pernyataannya, "Hanya yang ada, itu ada" 💭. Menurut beliau, segala sesuatu yang benar-benar ada itu tidak pernah berubah, tidak bisa dihancurkan, dan selalu tetap 🔒. Beliau berpendapat bahwa jika seseorang mengatakan sesuatu yang ada itu tidak ada, sebenarnya dia malah mengakui bahwa yang ada itu memang ada 🤔. Sebab, jika yang ada itu benar-benar tidak ada, bagaimana kita bisa menyangkal keberadaannya❓ Jadi, kesimpulannya, yang ada itu ada, dan yang tidak ada itu tidak bisa dipikirkan, dibicarakan, apalagi didiskusikan ❌.
Nah, pemikirah Parmenides ini bikin kita mikir lebih dalam lagi 💡. Misalnya, kalau ada seorang mahasiswa bernama Yanto bilang, "Tuhan itu gak ada," sebenarnya dia udah mikirin tentang Tuhan duluan sebelum bilang kayak gitu 🤷♀️. Jadi, Tuhan itu sebenarnya ada karena kita bisa mikirin, ngomongin, dan bahkan nyangkal keberadaannya 🔄. Logikanya, kalau sesuatu bisa dipikirkan dan dibahas, berarti dia ada 💬. Ini yang bikin pemikiran Parmenides terkenal, bahwa ada dan pemikiran itu satu dan sama 💡. Artinya, segala sesuatu yang bisa kita pikirkan itu pasti ada 🧠.
Tapi, pandangan Parmenides ini tentu aja bikin banyak orang bingung 🤯, terutama kalau dibandingin sama pengalaman sehari-hari kita 🗓️. Contohnya, kita sering bilang kalau dinosaurus itu udah gak ada 🦖. Dulu dinosaurus memang ada, tapi sekarang udah punah 🚫. Parmenides ngejawab hal ini dengan bilang kalau pengalaman indrawi kita itu sebenarnya menipu 🙈. Yang bener-bener ada itu tetap, abadi, dan gak berubah 🕰️, meskipun kita ngelihat perubahan terus-menerus di sekitar kita 🔄. Dia juga bilang, kita harus bedain antara pengetahuan yang didapat dari pengalaman indrawi (atau empiria) dengan pengetahuan sejati yang didapat dari akal budi murni 🧠.
Menariknya, pandangan Parmenides ini bertentangan sama pandangan Herakleitos 🔄, filsuf lain yang bilang "Panta rhei" atau "Segala sesuatu mengalir" 🌊. Herakleitos percaya kalau segala sesuatu itu selalu berubah dan gak ada yang tetap 🔄. Dia ngasih contoh, kita gak bisa turun dua kali ke sungai yang sama karena airnya terus mengalir 🌊. Menurut Herakleitos, perubahan adalah bagian dari hidup 🔄, dan semuanya berubah karena adanya daya logos yang mengatur semuanya ⚖️. Dia juga menyatakan bahwa kita tidak bisa memahami apa itu malam tanpa mengetahui apa itu siang 🌗, atau memikirkan kehidupan tanpa mengenal kematian ☠️. Jadi, semua realitas itu saling bertentangan tetapi juga saling melengkapi ⚖️. Pandangan Herakleitos ini bikin kita sadar kalau segala sesuatu terjadi dan tersusun dari pertentangan yang terus-menerus, yang akhirnya membentuk kesatuan yang utuh 🌐.
### Kesimpulan
Menurut saya, Parmenides dan Herakleitos memberikan kita dua perspektif yang berbeda tapi sangat penting dalam memahami realitas 🔍. Parmenides mengajarkan kita untuk mencari kebenaran yang abadi dan tidak berubah 🕰️. Ini penting banget karena di tengah perubahan yang konstan, kita butuh sesuatu yang tetap dan pasti sebagai landasan 💡. Di sisi lain, Herakleitos mengingatkan kita bahwa perubahan adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup 🔄. Tidak ada yang benar-benar tetap, dan kita harus siap menghadapi perubahan dengan pemikiran yang fleksibel dan adaptif 🌊.
Parmenides mengajarkan tentang keberadaan yang tidak berubah, yang mungkin bisa diartikan sebagai prinsip atau nilai-nilai dasar yang harus kita pegang teguh dalam hidup 🔒. Sedangkan Herakleitos mengajarkan bahwa dalam setiap perubahan terdapat peluang untuk tumbuh dan berkembang 🌱. Ini relevan banget buat kita yang masih muda dan sedang mencari jati diri, karena hidup kita pasti penuh dengan perubahan dan tantangan 🔄.
Jadi, kedua filsuf ini, meskipun berbeda pandangan, sebenarnya saling melengkapi 💡. Kita bisa mengambil pelajaran dari Parmenides tentang pentingnya prinsip yang tetap, dan dari Herakleitos tentang pentingnya adaptasi dan perubahan. Dengan begitu, kita bisa lebih bijaksana dalam menghadapi kehidupan ini, dengan tetap memegang prinsip tapi juga siap berubah sesuai dengan keadaan 🌐.
Widya Eka Mutiara
1 tahun yang lalu
Paradigma, buku ini bercerita tentang seseorang yang terkagum kagum dengan cowok yang memiliki sifat yang lembut, beda dari kebanyakan cowok biasanya