Darmawati S.Psi
11 bulan yang lalu
Alhamdulilah aku baca Buku tentang Doa Doa Dan terjamah. Sangat keren untuk menambah ilmu agama.
ASYIFA DWIJAYANTI
11 bulan yang lalu
Aku sudah membaca buku tentang kreasi sampah. Sampah yg kupakai adalah sampah plastik seperti botol bekas yg kukreasikan menjadi tempat pensil, celengan dan lain-lain.
Theresia Angela Kartika
11 bulan yang lalu
Hari ini tanggal 8 November saya membaca buku berjudul Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata. Buku ini menceritakan tentang pada pagi hari yang cerah, seorang anak kecil duduk di bangku panjang di depan kelas SD Muhammadiyah, ditemani ayahnya yang tampak cemas. Sekolah itu sudah tua dan terlihat seolah akan roboh, dengan dua guru, Pak Harfan dan Bu Mus, menyambut murid-murid baru. Bu Mus terlihat gelisah saat menghitung jumlah anak yang duduk di bangku panjang. Meskipun senyumnya berusaha menunjukkan keramahan, ia merasa cemas karena mereka hanya memiliki sembilan murid, padahal sekolah memerlukan sepuluh untuk tetap beroperasi. Ayah sang anak, seorang buruh tambang, merasakan beban yang sama. Ia merasa berat untuk menyerahkan anaknya ke sekolah, mengingat biaya pendidikan yang akan datang. Para orangtua lainnya juga terlihat tidak yakin, dan banyak dari mereka lebih memilih agar anak-anak mereka bekerja daripada bersekolah, mencerminkan kesulitan ekonomi yang melanda komunitas mereka.
Ketika waktu menunjukkan hampir sebelas, ketegangan di udara semakin terasa. Bu Mus dan Pak Harfan tampak putus asa, merasakan kemungkinan penutupan sekolah yang telah menjadi harapan banyak anak. Anak-anak kecil itu merasakan kepedihan yang sama, terutama ketika seorang anak bernama Sahara terlihat sangat ingin sekolah, lengkap dengan perlengkapan baru yang menunjukkan semangatnya. Saat Pak Harfan bersiap untuk memberikan pidato penutupan, suasana menjadi sangat emosional. Namun, harapan tiba-tiba muncul ketika Tripani berteriak dan menunjuk ke arah seorang pria kurus tinggi yang tampak berjalan terseok-seok. Pria itu adalah Harun, teman mereka yang terbelakang mental, yang datang dengan senyuman lebar dan semangat untuk bergabung. Momen kedatangan Harun memberikan angin segar bagi semua orang, menunjukkan bahwa meski dalam situasi sulit, kehadiran satu orang dapat mengubah segalanya dan memberikan harapan baru untuk masa depan pendidikan mereka.
Sekian ringkasan dari saya,Mohon maaf jika ringkasan saya tidak memuaskan, terimakasih.
Artalita Regina Putri
11 bulan yang lalu
Ada banyak kreasi yang bisa dibuat dari sampah, baik sampah organik maupun anorganik, seperti:
• Sampah plastik : Dapat dibuat menjadi berbagai kerajinan tangan. Contohnya : Tas belanja, hiasan dinding, tempat pensil, keranjang dan masih banyak yang lainnya.
Ailiong Vein Acacio
11 bulan yang lalu
sampah pelastik dan kartu bekas
Muhammad Raihan Nasution
11 bulan yang lalu
Saya membuang sampah pada tempat nya
Ailiong Vein Acacio
11 bulan yang lalu
membaca buku tentang pengetahuan ilmu sosial
Achmad safuan
11 bulan yang lalu
Hari ini saya membaca buku tentang sampah plastik yang bisa dibuang menjadi tas..dan vas bunga..terima kasih..salam literasi
Muhammaad Rashya Adriyanto
11 bulan yang lalu
Hari ini aku membaca dari buku Recycle Bottle 2. Awalnya, aku merasa sedikit ragu. Apa yang bisa aku pelajari dari sampah? Sampah kan cuma benda yang sudah tak terpakai, yang hanya akan menumpuk di tempat pembuangan akhir, bukan? Tapi, setelah aku mulai membaca buku tersebut, pandanganku tentang sampah berubah drastis.
Buku itu mengajarkan bahwa sampah bukan hanya limbah yang harus dibuang. Sebaliknya, sampah bisa menjadi bahan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berguna, dan bahkan indah. Dari plastik bekas, kertas koran, hingga tutup botol, semuanya bisa dimanfaatkan menjadi karya seni, perabot rumah, atau bahkan barang fungsional lainnya. Buku itu mengungkapkan bahwa kreativitas dan kesadaran lingkungan bisa berjalan beriringan, dan bahwa kita semua memiliki peran dalam mengurangi sampah yang mencemari bumi.
Setelah selesai membaca, aku merasa terinspirasi untuk membuat sebuah kreasi dari sampah yang ada di sekitarku. Aku memutuskan untuk membuat sebuah pot tanaman dari botol plastik bekas. Ini bukan hanya untuk mengurangi sampah plastik, tetapi juga untuk memberikan manfaat baru pada benda yang sudah tidak terpakai. Aku memulai dengan mengumpulkan beberapa botol plastik yang sudah tidak digunakan di rumah, lalu memotong bagian bawahnya dan membuat lubang kecil di sisi-sisinya untuk saluran air.
Langkah berikutnya adalah menghias botol plastik tersebut. Aku mengecatnya dengan warna-warna cerah dan menambahkan desain dengan spidol permanen. Hasilnya cukup menarik—pot plastik yang dulunya hanya sebagai sampah kini menjadi tempat yang indah untuk menanam tanaman hias.
Selama proses membuat pot tanaman ini, aku merasa bahwa sampah bukanlah hal yang sepele. Setiap kali aku melihat pot tersebut, aku merasa bangga bahwa aku bisa memberikan kehidupan baru pada sesuatu yang dulu dianggap tidak berguna. Selain itu, aku juga merasa senang karena bisa berkontribusi kecil dalam mengurangi penggunaan barang sekali pakai yang mencemari lingkungan.
Pengalaman ini membuatku semakin menyadari betapa pentingnya kesadaran akan pengelolaan sampah. Tidak hanya itu, aku juga belajar bahwa kita bisa berkreasi dengan segala sesuatu di sekitar kita—termasuk sampah—dan memberikan nilai tambah pada apa yang kita anggap remeh. Buku tersebut mengajarkanku bahwa setiap benda, tidak peduli seberapa kecil atau seberapa usang, masih memiliki potensi untuk menjadi sesuatu yang baru dan berguna.