MUSRINGATUN
5 bulan yang lalu
Isi buku yang saya baca adalah menguasai prinsip-prinsip dasar pembelajaran yang mendidik serta merancang pembelajaran yang mendidik.
Syifa Ulfauziah
5 bulan yang lalu
kisah ini mengenai seorang ibu yang memiliki anak perempuan bernama timun mas
MOZA ARSYFA MAHARANI
5 bulan yang lalu
halo namaa saya moza,saya membaca buku berjudul:rawa pening
Rawa Pening adalah sebuah danau yang menjadi obyek wisata di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Ada sebuah legenda turun temurun yang mengisahkan awal mula terbentuknya danau tersebut, yakni Legenda Rawa Pening.
Kisahnya dahulu kala terdapat sebuah desa bernama Ngasem yang terletak di lembah antara Gunung Merbabu dan Telomoyo. Di desa tersebut bermukim sepasang suami-istri bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta.
Karena dikenal pemurah dan suka menolong, pasutri yang belum dikaruniai anak itu begitu dihormati oleh masyarakat sekitar. Suatu hari, Nyai Selakanta mengutarakan keinginannya untuk segera menimang buah hati.
Demi mewujudkan keinginan istrinya, Ki Hajar pun bertapa ke lereng Gunung Telomoyo hingga berbulan- bulan. Nyai Selakanta pun mengkhawatirkan keadaan suaminya yang bertapa sampai tak kunjung pulang.
Secara ajaib, Nyai Selakanta pun mengandung di rumah sendirian. Namun, saat melahirkan, betapa terkejut dia karena yang lahir dari perutnya adalah seekor naga. Anak itu diberi nama Baru Klinthing yang diambil dari nama tombak milik suaminya.
Kata 'Baru' berasal dari kata bra yang artinya keturunan Brahmana, yaitu seorang resi yang kedudukannya lebih tinggi dari pendeta. Sementara kata 'Klinthing' berarti lonceng. Meski berwujud naga, Baru Klinthing dapat berbicara seperti manusia.
Merasa malu telah melahirkan seekor naga, Nyai Selakanta merawat Baru Klinthing dengan sembunyi-sembunyi. Dia pun berencana kelak akan membawa Baru Klinthing ke Bukit Tugur agar jauh dari warga.
Beranjak dewasa, Baru Klinthing pun menanyakan perihal ayahnya. Nyai Selakanta pun mengutus Baru Klinthing untuk menyusul ayahnya yang bertapa di lereng Gunung Telomoyo. Baru Klinthing juga dititipi membawa pusaka tombak Baru Klinthing milik ayahnya.
Sesampainya di lereng Gunung Telomoyo, Baru Klinthing langsung bersembah sujud di hadapan ayahnya yang sedang duduk bersemedi. Awalnya Ki Hajar tidak percaya jika naga tersebut adalah anaknya. Baru Klinthing kemudian menunjukkan pusaka milik Ki Hajar.
"Baiklah, aku percaya jika pusaka Baru Klinthing itu adalah milikku. Tapi, bukti itu belum cukup bagiku. Jika kamu memang benar-benar anakku, coba kamu lingkari Gunung Telomoyo ini!" ujar Ki Hajar.
Rizky pratama
5 bulan yang lalu
si kura-kura yanh sombong
Natashya Aprilian
5 bulan yang lalu
Hari ini saya membaca cerita Saat Banjir Datang pengarang Witaru Emi
Menceritakan Banyu yang terkejut tiba tiba air datang masuk ke dalam rumah nya, banyi tidak pernah melihat air yang begitu banyak selain di laut. Banyu juga berfikir barang barang yang tergenang air adalah hewan laut.
SHAQUEENA AZKA FIRMANSYAH
5 bulan yang lalu
Judul Buku:Yuk,Berteman dengan semua. Isi Buku: Kalau kita berteman jangan melihat suku,agama,pendidikan,ekonomi orang tua,canti atau jelek, pintar atau bodoh,tidak boleh kita beda-bedakan tetapi,semua kita teman.
VERERA ZASKIA
5 bulan yang lalu
Hai nama saya varera. Saya akan menceritakan tentang:Asal-usul Danau Maninjau
Di sebuah perkampungan di kaki Gunung Tinjau, ada sepuluh orang bersaudara yang biasa disebut Bujang Sembilan. Si sulung bernama Kukuban dan si bungsu bernama Sani. Mereka mempunyai seorang paman bernama Datuk Limbatang. Datuk Limbatang pun mempunyai seorang putra bernama Giran.
Suatu hari, Datuk Limbatang berkunjung ke rumah Bujang Sambilan dan di saat itulah Sani dan Girang menyadari bahwa mereka saling menaruh hati. Seiring berjalannya waktu, ketika musim panen tiba kampung tersebut mengadakan adu silat.
Para pemuda kampung termasuk Kukuban dan Giran ikut mendaftarkan diri. Di acara tersebut Kukuban berhadapan dengan Giran, keduanya sama-sama kuat. Namun, pada suatu kesempatan Giran berhasil menangkis serangan dari Kukuban dan dinyatakan kalah. Hal ini membuat Kukuban merasa kesal dan dendam terhadap Giran.
Beberapa hari setelah acara tersebut, Datuk Limbatang datang untuk meminang Sani. Namun karena dendam, Kukuban menolak pinangan tersebut dengan memperlihatkan bekas kakinya yang patah karena Giran. Hal ini pun membuat Sani dan Giran sedih.
Kemudian, Sani dan Giran sepakat untuk bertemu di ladang untuk mencari jalan keluar. Saat sedang berbicara, sepotong ranting berduri tersangkut pada sarung Sani dan membuat pahanya terluka. Giran pun segera mengobatinya dengan daun obat yang telah ia ramu.
Tiba-tiba puluhan orang muncul dan menuduh mereka telah melakukan perbuatan terlarang, sehingga harus dihukum. Sani dan Giran berusaha membela diri tetapi sia-sia dan langsung diarak menuju puncak Gunung Tinjau.
Sebelum dihukum, Giran berdoa jika memang mereka bersalah, ia rela tubuhnya hancur di dalam air kawah gunung. Namun, jika tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan. Setelah itu, Giran dan Sani segera melompat ke dalam kawah.
Beberapa saat berselang, gunung itu meletus sangat keras dan menghancurkan semua yang berada di sekitarnya. Bujang Sembilan pun menjelma menjadi ikan. Letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah luas yang berubah menjadi danau dan akhirnya diberi nama Danau Maninjau.
Pesan moral yang bisa dipetik adalah jangan berprasangka buruk terhadap seseorang dan tidak boleh menyimpan dendam. Kedua hal tersebut dapat merugikan diri kita sendiri.