Ahmad Adam Malik
6 bulan yang lalu
assalamualaikum perkenalkan nama saya Ahmad Adam Malik kelas 3A SD negeri PANCORAN 10 pagi . hari ini saya membaca buku Bahasa Indonesia kelas 3 halaman 4 sampai 5 dengan judul 'Lompat TALI' terimakasih wassalamu'alaikum
Dona Almira
6 bulan yang lalu
buku IPS tentang zaman neozoikum, menceritakan tentang zaman neozoikum yang zamannya terbagi menjadi 2 yaitu zaman tersier dimana dinosaurus telah punah dan mulai berkembang jenis binatang menyusui atau mamalia dan zaman kuertier dimana adanya tanda tanda kehidupan manusia
Muhamad nur fadilah
6 bulan yang lalu
persahabatan kucing tikus
Amin Rahman Hardi
6 bulan yang lalu
Saya lagi membaca 3 buku dengan gendre yang beda. pertama novel karya bang Tere Liye berjudul Hafalan Surat Delisa. Siapin tisu nih. Yang kedua, buku berjudul Humor Jurnalistik karya wartawan senior Mahbub Djunaidi. Ini tulisan jurnalistik tali bikin ngakak. Ini siapin tisu juga sih ( saya kalau tertawa, air mata saya juga keluar. Yang ketiga buku berjudul Seni amenjaga Kewarasan Hidup tulisan mas Sebastian Wahyu. Ini siapin tisu juga karena baca ini bikin tobat setobat-tobatnya.
Chindy Apriliani
6 bulan yang lalu
Buku tentang lingkungan dan hewan
AQILA NUR ADZWAH
6 bulan yang lalu
Hari ini aku membaca tentang " Aku kartini "
Bercerita tentang perempuan yang berjuang untuk mendapatkan kesetaraan dalam pendidikan
Shafira andriani
6 bulan yang lalu
Pengaruh Media Sosial di Kehidupan Nyata
Pagi itu, langit cerah. Cahaya matahari menembus sela-sela jendela kamar, membuat bayangan yang hangat di lantai kayu rumah Hana. Ia menatap layar ponselnya, jempolnya dengan cepat menggeser ke bawah, melewati berbagai postingan Instagram teman-temannya. Senyum tipis terbentuk di bibirnya, namun di dalam hati, Hana merasa ada sesuatu yang salah.
Hana adalah seorang gadis yang dikenal aktif di media sosial. Di akun Instagram-nya, ia sering mem-posting foto-foto yang menampilkan kehidupan glamor, tempat-tempat makan mewah, dan liburan ke berbagai destinasi eksotis. Orang-orang memujinya sebagai influencer yang inspiratif, padahal yang mereka lihat hanyalah bagian kecil dari hidupnya.
Suatu ketika, Hana menemukan postingan dari seorang temannya, Dewi. Ia memamerkan foto di sebuah restoran mahal dengan keterangan penuh syukur tentang rezeki yang ia terima. Hana merasa sedikit iri. Ia pun memutuskan untuk pergi ke restoran serupa akhir pekan itu, hanya untuk memotret makanan dan mengunggahnya ke akun media sosialnya.
Namun, perlahan-lahan, Hana mulai menyadari bahwa segala yang ia lakukan hanya demi "tampilan" di media sosial. Kehidupan yang ia pamerkan tidak mencerminkan kebahagiaannya yang sesungguhnya. Di balik foto-foto bahagia yang ia unggah, sering kali ia merasa lelah dan hampa.
Suatu sore, saat Hana duduk di kafe sambil menunggu makanannya datang, ia bertemu dengan seorang gadis seusianya yang terlihat polos. Gadis itu bernama Tari, seorang mahasiswa baru di kampus yang sama dengan Hana. Mereka berbincang, dan Tari bercerita tentang aktivitasnya yang baru-baru ini menghilangkan media sosial.
“Kok bisa tahan nggak buka Instagram, TikTok, dan lain-lain?” tanya Hana heran. Tari hanya tertawa kecil dan menjawab, “Rasanya lebih bebas. Aku jadi nggak mikir gimana aku harus tampil di mata orang lain. Aku merasa lebih dekat dengan orang-orang sekitar.”
Kata-kata Tari terus terngiang-ngiang di kepala Hana. Malam itu, saat membuka Instagram dan melihat berbagai foto liburan teman-temannya, Hana berpikir, *Apa yang sebenarnya aku cari di sini? Apakah semua ini membuatku bahagia?*
Keputusan itu muncul tiba-tiba. Hana menonaktifkan akun Instagram-nya selama seminggu, hanya untuk mencoba apakah hidupnya akan lebih tenang tanpa media sosial. Awalnya, ia merasa gelisah, seolah kehilangan sesuatu yang sangat penting. Namun, hari demi hari, ia mulai menyadari banyak hal yang selama ini terlewatkan.
---
Pada hari ketiga, Hana merasa lebih rileks. Ia bangun pagi, menikmati kopi tanpa harus buru-buru mengabadikan momen itu untuk diunggah. Ia bertemu beberapa teman lama yang selama ini jarang ditemuinya, dan mereka berbincang tanpa ada ponsel di antara mereka.
Hana mulai menikmati setiap momen yang ada. Ia mengunjungi rumah neneknya, membantu merapikan kebun kecil yang selalu disayangi neneknya. Selama ini, ia selalu sibuk dengan unggahan dan tampilan hidup yang “sempurna” sehingga lupa bahwa kebahagiaan sering kali justru ada pada hal-hal kecil yang sederhana.
Namun, ketenangan itu terusik ketika Hana menerima pesan dari salah satu temannya, Lisa. Teman-temannya menanyakan kenapa ia tidak lagi aktif di media sosial. "Kamu hilang, Han. Padahal kami kangen lihat foto-fotomu," kata Lisa.
Hana tersenyum tipis saat membaca pesan itu. Ia merasa penting, seolah dunia media sosial memang membutuhkan kehadirannya. Namun, ia juga tahu bahwa kebahagiaan itu palsu. Hana mulai menyadari bahwa apa yang ia cari bukanlah validasi dari orang lain, melainkan kenyamanan diri sendiri.
---
Satu minggu berlalu, dan Hana kembali mengaktifkan akun Instagram-nya. Namun kali ini, ia memiliki pandangan yang berbeda. Ia tidak lagi mengejar popularitas atau mengunggah foto hanya demi pujian. Sebaliknya, ia mulai menggunakan media sosial dengan cara yang lebih sehat dan bijaksana.
Postingan pertamanya setelah mengaktifkan akun adalah foto sederhana dirinya bersama neneknya di kebun. Keterangan foto itu berbunyi, "Kadang kita lupa, hal kecil yang sederhana bisa membawa kebahagiaan yang besar."
Komentar pun bermunculan, beberapa dari teman-temannya menuliskan bahwa mereka terinspirasi dari perubahan tersebut. Hana senang, bukan karena pujian yang ia dapatkan, tapi karena ia berhasil menyampaikan pesan yang bermakna bagi orang lain.
Lama-kelamaan, akun Instagram Hana berubah menjadi tempat di mana ia berbagi tentang kebahagiaan sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Ia menceritakan pengalaman-pengalaman kecil yang bermakna, tanpa harus berpura-pura bahwa hidupnya selalu sempurna.
Banyak pengikutnya yang awalnya merasa terkejut melihat perubahan ini, namun perlahan-lahan, mereka mulai memahami pesan yang ingin disampaikan Hana. Ia ingin menunjukkan bahwa media sosial tidak selalu harus diisi dengan kemewahan dan pencapaian besar. Ada kebahagiaan dalam hal-hal sederhana yang kadang terlupakan, dan Hana ingin orang-orang kembali menghargai hal itu.
---
Di kampus, teman-teman Hana juga menyadari perubahannya. Hana yang dulu sering sibuk dengan ponselnya kini lebih sering terlibat dalam obrolan dan kegiatan sosial. Tari, yang melihat perubahan itu, merasa senang dan bangga. Ia berkata pada Hana, “Ternyata kamu bisa berubah, Han. Aku senang kamu sekarang lebih apa adanya.”
“Terima kasih, Tar. Aku baru sadar kalau selama ini terlalu fokus sama hal-hal yang nggak penting,” jawab Hana sambil tersenyum. Ia merasa hidupnya lebih tenang, tidak lagi terbebani dengan tekanan untuk selalu tampil sempurna.
Hari-hari berlalu, dan Hana semakin terbiasa dengan cara pandang barunya. Ia menggunakan media sosial hanya untuk berbagi hal-hal yang benar-benar bermakna, bukan untuk mengesankan orang lain. Ia sadar bahwa setiap orang memiliki kehidupan yang berbeda, dan tidak ada gunanya membandingkan dirinya dengan orang lain.
---
Beberapa bulan kemudian, Hana mendapat pesan dari seorang pengikutnya. Pesan itu panjang dan penuh dengan kata-kata terima kasih. Pengikutnya itu bercerita bahwa ia terinspirasi oleh postingan-postingan Hana, yang mengajarkannya untuk mencintai kehidupan sederhana yang ia miliki. Hana merasa haru membaca pesan itu. Ia tidak pernah menyangka bahwa perubahan kecil dalam hidupnya bisa memberi dampak besar pada orang lain.
Pada akhirnya, Hana menyadari bahwa media sosial adalah alat. Ia bisa menjadi jembatan untuk menyebarkan hal-hal positif atau sebaliknya, menjadi lubang hitam yang menguras kebahagiaan kita. Yang paling penting bukanlah berapa banyak orang yang menyukai atau mengikuti, tetapi apakah yang kita bagikan itu memiliki makna.
Hana belajar, dan kini ia hidup dengan lebih bahagia dan tenang, bukan hanya di dunia nyata tapi juga di dunia maya.
Isyana Azis Kesumadjaja
6 bulan yang lalu
Buku tentang lingkungan hidup
Isyana Azis Kesumadjaja
6 bulan yang lalu
Buku tentang lingkungan hidup