Mellody Olivia Achmad
9 bulan yang lalu
Hari ini aku baca buku novel ‘Kosan Bu Andin’. Halaman 123-150
Hasna Nadziful Veda
9 bulan yang lalu
Cerita Bawang Merah-Bawang Putih
Setelah ibunya meninggal, Bawang Putih tinggal bersama saudara tirinya yang sombong, Bawang Merah dan ibu tirinya.
Bawang putih diperlakukan semena-sema yakni dengan membebankan semua pekerjaan rumah padanya. Bawang Putih tetap sabar menjalani kehidupannya yang penuh keterbatasan dan tekanan tersebut.
Hingga suatu hari, Bawang Putih bertemu dengan nenek tua yang membantunya ketika salah satu pakaian yang dicucinya terbawa arus sungai. Sebagai balasannya, Bawang Putih membantu membersihkan gua tempat tinggal nenek tua itu. Nenek tua lantas memberikan labu sebagai hadiah, dan Bawang Putih memilih labu yang kecil.
Ketika sampai di rumah labu itu dipecah oleh ibu tirinya yang marah dan ternyata di dalamnya terdapat banyak perhiasan.
Mengetahui hal itu, Bawang Merah mencoba melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Bawang Putih. Akan tetapi, yang didapatkan Bawang Merah berbanding terbalik dengan milik Bawang Putih.
Alif Aditya
9 bulan yang lalu
bahasa indonesia dan senirupa,plbj
BAYU SETYAWAN
9 bulan yang lalu
Aku membaca buku novel. dengan judul MARVELUNA
Hasna Nadziful Veda
9 bulan yang lalu
Cerita Kisah Putri Ular
Cerita Putri Ular bermula dari zaman dahulu kala di sebuah kerajaan di Simalungun, Sumatera Utara. Sang Raja memiliki seorang putri yang sangat cantik, dan kabar kecantikannya menarik perhatian seorang Raja Muda dari kerajaan tetangga.
Raja Muda berniat untuk menikahi Sang Putri dan mengirim utusan untuk melamar dengan restu Sang Raja.
Dengan senang hati Sang Raja menyetujui pernikahan tersebut, begitupun dengan Sang Putri. Namun, menjelang hari pernikahan, Sang Putri mengalami kecelakaan kecil yang membuatnya merasa kecantikannya telah berkurang.
Lantaran hal itu, dia berdoa agar Tuhan menghukumnya. Petir menyambar dan Sang Putri berubah menjadi ular besar. Sang Raja dan Permaisuri sangat terpukul menyaksikan putri mereka yang kini berwujud ular.
Pesan moral dalam cerita ini yakni menekankan pentingnya berusaha mencintai diri sendiri dalam keadaan apapun. Di sisi lain, dalam cerita juga memperingatkan agar memohon doa yang baik, khususnya berkaitan dengan diri sendiri.
Mellody Olivia Achmad
9 bulan yang lalu
Baca buku dongeng Nusantara, yang berjudul “Batu Menangis”
- Cerita ini menceritakan seorang gadis dan seorang ibu. Cerita ini mengisahkan seorang anak yang perempuan cantik yang memiliki sifat/watak sombong, manja, dan tidak suka membantu orang tuanya. Keseharian anak itu hanya menjaga kecantikannya mandi, menyisir dan hal hal yang tidak bermutu lainnya yang selalu ia lakukan di bandingkan membantu ibunya. Sedangkan ibunya, hanya seorang janda yang setiap hari membanting tulang demi menafkahi anak perempuannya itu. Suatu hari anak perempuan itu ikut ibunya ke pasar, tak disangka dijalan perempuan itu bertemu dengan temannya, ibunya bertanya kepada anaknya “Siapa yang mengobrol denganmu nak?”. Tapi anak perempuan itu malah memperkenalkan ibunya sebagai pembantunya. Hati sang ibu sakit mendengar perkataan itu dan merasa sangat hancur. Ia menahan tangis mendengar perkataan anak perempuannya itu. Anak perempuan itu mengikuti ibunya berjualan sayur, karena kecantikannya para pemuda pemuda berdatangan menemui anak itu. Ibu menegur anaknya dan memperingati terus terusan. Sontak para pemuda itu menengok ke arah sang ibu dan menanyai apakah itu ibu dari anak perempuan itu. Anak itu menjawab “Mana mungkin seorang gembel seperti itu ibuku”. Ibunya sudah tak kuat mendengar itu, ibunya langsung melepas gerobak dan duduk di tanah. Ia meminta pertolongan kepada Allah. Langit pun berubah menjadi gelap, angin bertiup dengan kencang. Tak disangka Tuhan mendenger doa ibu tersebut. Perempuan itu merasakan rasa sakit di kaki. Ia menyadari bahwa ia sudah dikutuk menjadi batu. Tubuhnya semakin lama semakin terasa berat, anak itu hanya menangis. Menangis lebih kencang, kini kakinya berubah menjadi batu. Ia memanggil ibunya dan bermohon mohon. Keduanya hanya bisa menangis saja, tak mampu berbuat apa apa karena nasi sudah menjadi bubur, anak perempuan itu sudah terlambat dan keterlaluan. Akhirnya sang anak tubuhnya menjadi batu, tetapi batu itu mengeluarkan air mata.
Nah pesan moral daru cerita ini adalah:
- Janganlah kita melawan atau membuat perkataan yang membuat orang tua sakit hati. Sebagai anak sudah seharusnya kita selalu menghormati kedua orang tua kita dalam kondisi apapun.
JULIANTI
9 bulan yang lalu
Hari ini saya membaca buku cerita yang berjudul kaum yang menjadi monyet