Nur Zahra
3 bulan yang lalu
Dongeng Timun Mas, timun mas adalah anak angkat dari mbok sarni mereka hidup bahagia, hingga suatu hari datanglah seorang raksasa untuk menagih janji, ternyata mbok sarni punya janji pada raksasa ia berjanji akan memberikan anaknya ketika usia nya 6 tahun tetapi, mbok sarni tidak mau kehilangan Timun Mas akhirnya dia menyuruh raksasa itu untuk datang 2 tahun lagi, akhirnya raksasa itu pergi dari rumah mbok sarni. Dongeng ini berjudul Timun Mas penulis nya RAHMAH ASA, Dede firmansyah, Bening sanubari.
EGA MIRZA RABBANI
3 bulan yang lalu
aku ingin seperti bapak endang aminudin aziz
Rudi Hartono Siswantoro
3 bulan yang lalu
Beliau adalah Kepala Badan Pengembangan dan Budidaya Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Beliau masuk katagori Shapers atau pembentuk terkait dengan bidang kecerdasan buatan atau yang kita kenal AI.
Shakilla nurfaiqah
3 bulan yang lalu
malin Kundang pelajaran yang kitadapat kita tidak boleh durhaka kepada orang tua
Farah Adinda Nawwarah
3 bulan yang lalu
saya terinspirasi oleh kata-kata beliau bahwa “Perpustakaan tidak dapat lagi dimaknai sebagai tempat menyimpan buku dan koleksi. Karena sejatinya sudah terjadi transformasi dari fungsi perpustakaan itu sendiri. Saat ini, fungsinya adalah sebagai wahana orang untuk berpartisipasi mengembangkan kreativitasnya melalui fasilitas yang disediakan,”
Dewi Rahmawati
3 bulan yang lalu
tiga rumah ajaib karya wong chew wee, cerita sorang kakek yang membagikan warisan kepada 3 putrinya berupa rumah ajaib. 1 rumah dengan isi makanan yg tak pernah habis, 2 rumah dengan emas, 3 rumah dengan buku. buku yang selalu ada cerita baru dan ilmu pengetahuan yang tak pernah padam.
Shine Aleena Syabilla
3 bulan yang lalu
Bahasa Indonesia terdiri dari banyaknya aksara atau Endang Aminudin Aziz menjadi orang berpengaruh dalam AI karena telah menyelamatkan lebih dari 700 bahasa di Indonesia. Simbol tulisan untuk direkam dan dilestarikan, namun sayangnya tak banyak dari mereka didokumentasikan secara memadai. Endang Aminudin Aziz dapat mengatasi masalah dokumentasi bahasa Indonesia tersebut
Paula Angesti Denanta
3 bulan yang lalu
saya membaca tentang novel berjudul "Laut Pasang 1994" karya Lilpudu, novel ini bercerita tentang sebuah keluarga sederhana di Banyuwangi yang harus menghadapi kenyataan pahit setelah kehilangan sosok ibu. Keluarga ini dipimpin oleh seorang ayah bernama Purnomo, yang awalnya dikenal sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab. Tapi, setelah istrinya meninggal, semuanya berubah. Ayahnya jadi lebih egois, sering marah, dan bahkan jarang pulang ke rumah. Anak-anaknya, tujuh orang laki-laki, akhirnya lebih banyak diasuh oleh Simbah, nenek mereka, yang penuh kasih sayang dan selalu mengajarkan mereka untuk tetap kuat dalam keadaan apa pun.
Meskipun sikap ayah mereka semakin buruk, anak-anak ini tetap berusaha memahami dan menghormatinya, mengingat pesan terakhir dari ibu mereka untuk tidak pernah membenci sang ayah, apa pun yang terjadi. Kehidupan mereka berjalan seperti biasa, sampai pada suatu malam di tanggal 2 Juni 1994, semuanya berubah dalam sekejap. Gempa bumi besar mengguncang Banyuwangi, dan tak lama setelahnya, tsunami dahsyat datang menghantam kota itu. Rumah mereka yang sudah penuh kenangan hancur seketika, tersapu oleh gelombang besar yang datang dengan kecepatan tak terduga.
Saat air menerjang, mereka berusaha bertahan, saling menggenggam tangan satu sama lain. Mas Khalid, kakak tertua, sempat berteriak, meminta adik-adiknya untuk tidak melepaskan genggaman. Tapi arus air terlalu kuat. Satu per satu mereka terpisah, hanyut dalam kegelapan malam yang penuh teriakan dan suara gemuruh air. Pada akhirnya, hanya sang ayah dan dua anaknya yang berhasil selamat. Namun kehilangan yang mereka alami begitu besar, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa lima anggota keluarga mereka telah pergi selamanya.
Dari titik ini, kehidupan mereka tidak akan pernah sama lagi. Mereka harus membangun kembali segalanya dari nol, menghadapi kesedihan yang begitu dalam. Tapi novel ini bukan hanya tentang tragedi. Ini juga tentang ketabahan, kekuatan keluarga, dan bagaimana seseorang bisa bangkit meskipun telah kehilangan begitu banyak. Kisahnya benar-benar menyentuh hati, apalagi karena terinspirasi dari kejadian nyata tsunami Banyuwangi tahun 1994.
Membaca novel ini seperti diajak merasakan sendiri bagaimana sebuah keluarga yang begitu erat harus menghadapi bencana terbesar dalam hidup mereka.
Amelia Asti Zefanya Sinaga
3 bulan yang lalu
peran Endang dalam penyelamatan lebih dari 700 bahasa daerah di Indonesia memanfaatkan Large Language Models (LLM) atau sistem AI yang mampu memahami dan menghasilkan bahasa manusia dengan memproses data teks dalam jumlah besar. TIME menilai tugas Endang berat karena hanya segelintir dari ratusan bahasa itu yang memiliki skrip atau simbol tulisan yang cukup untuk dicatat dan disimpan. Bahkan banyak yang tidak memiliki dokumentasi yang memadai