Putri Noura Azizah
2 bulan yang lalu
Endang Aminudin Aziz merupakan seorang laki-laki berusia 56 tahun, lahir pada 16 November 1967. Dari tahun 1986-1991, Endang Aminudin Aziz mendapat gelar Diploma II, Diploma III, Diploma IV, hingga S1 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, di Universitas Pendidikan Indonesia. Tak berhenti di situ, Endang melanjutkan pendidikan S2 jurusan Dept. Of Linguistics ke Monash University, Australia, dan juga mendapat gelar profesor di sana.Berawal dari hanya guru bahasa Inggris di SMP Islam Al-Falah, Dago Bandung, kini Endang menjadi tokoh yang dipandang oleh orang sedunia karena hadir di majalah TIME. Jabatannya yang kini sebagai Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah dijalani sejak Mei 2020.Ia mengajak perusahaan teknologi untuk berkolaborasi dengan BPPT dalam melestarikan apa yang ia yakini sebagai kekayaan Indonesia. “Kita belajar dari masa lalu dengan mengetahui bahasa daerah, dan karena fungsi bahasa daerah, kita harus menyediakannya untuk generasi berikutnya, dan teknologi adalah kuncinya,” ungkap Endang Aminudin Aziz.saya terinspirasi dari bapak Endang Aminudin Aziz karena dia bisa nyelawat lebih dari 700 bahasa di Indonesia.Dan Pemerintahan memiliki lebih dari 350 kamus untuk setiap bahasa yang unik dan banyak di antaranya masih belum lengkap. Meski begitu, Endang mengaku tak gentar untuk membuat LLM.
Aprilya haryanti
2 bulan yang lalu
Mimpi Sang Dara.
Pada suatu pagi, ada seorang gadis yang biasa dipanggil dengan nama Dara sedang menjerang air untuk membuat segelas teh panas. Dara, ialah gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi.
Dara merupakan gadis yang tumbuh di keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya. Namun, sayangnya, Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda sehingga merasa diacuhkan bahkan saat berada di istana mewah tersebut.
Kedua orang tua Dara selalu mengacuhkannya karena merasa tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya mungkin saja malu mempunyai adik dengan kondisi seperti Dara.
Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya.
Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, tapi tidak ada seorang pun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, berniat menenangkan diri.
Saat sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan namanya, yaitu Hana. mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing.
Tiba-tiba Hana Berkata, "Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Namun, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara." lalu, akhirnya gadis itu berpamitan pada Dara.
Semenjak pertemuannya di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. Dara berpikir bagaimana ia bisa seutuhnya menerima dirinya ketika orang di dekatnya tidak mendukungnya sama sekali.
Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan, meski sering kali ia menangis ketika teringat kenyataan bahwa ia hanyalah seorang gadis yang diacuhkan. Hal yang dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut.
Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di dalam pameran besar. Hal yang dilakukan Dara untuk memulainya adalah rajin membuat lukisan. Kesibukan tersebut juga dilakukan Dara untuk tidak memikirkan mengenai dirinya yang selalu diacuhkan dan mulai memahami perkataan Hana.
Perlahan mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering memposting lukisannya melalui media sosial. Hingga suatu hari ada seseorang datang ke rumah Dara untuk menemui gadis itu guna mengajaknya untuk bergabung di dalam sebuah pameran lukisan.
Kedua orang tua Dara terperangah mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya tersenyum melihat respons kedua orang tuanya dan memilih menerima tawaran pameran tersebut.
Berbagai lukisan indah dipajang dalam pameran yang diberi tema Mimpi Sang Dara. Orang tua Dara menghadiri pameran tersebut dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini diacuhkannya. Sementara Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkan apa yang dimiliki.
Marshello David Situru
2 bulan yang lalu
Petualangan Sherina
Hilman Hariwijaya
Sherina harus menghadapi sekelompok penculik yang mencoba menculik teman barunya, Sadam.
Tindakan Tokoh Utama dalam Menyelesaikan Masalah: Sherina menggunakan keberanian dan kecerdasannya untuk menyelamatkan Sadam dan mengalahkan para penculik.
Saolti imbuh panditowati
2 bulan yang lalu
Aku sudah membaca buku malin kundang, yang ditulis oleh A.A Navis. Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang ibu dan anak yang bernama Malin kundang. Karena sang ayah telah meninggal dunia, ibu Malin Kundang harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.Saat beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang sudah bekerja keras menghidupi dirinya. Kemudian Malin Kundang meminta izin untuk merantau mencari pekerjaan di kota besar.Pada saat Malin Kundang izin kepada ibunya, Malin Kundang tidak diizinkan untuk pergi bekerja ke kota karena ibunya hanya memiliki Malin Kundang seorang di kampung. Namun pada akhirnya, Malin Kundang diizinkan pergi ke kota untuk bekerja dan ibunya mengingatkan untuk tidak melupakan dirinya di kampung.Keesokan harinya, Malin Kundang pergi ke kota dengan kapal. Malin Kundang bekerja keras selama merantau hingga menjadi seseorang yang sukses dan kaya raya. Selain itu, Malin Kundang juga menikah dengan perempuan yang sangat cantik yang ia temui di kota tersebut.Hingga pada suatu hari, Malin Kundang datang bersama istrir dan anak buahnya. Ibu Malin Kundang sangat bahagia dan bergegas menyambut kedatangan putra kesayangannya.Namun, ketika terjadi pertemuan di antara mereka, istri Malin Kundang justru mencemooh ibu Malin Kundang. Pada saat itu, Malin Kundang merasa malu dan melepaskan pelukan sang ibu hingga terjatuh. Di saat itu juga, Malin Kundang mengucapkan kata-kata yang membuat ibunya sakit hati.Mendengar perkataan tersebut, sang ibu marah dan sedih karena tidak menyangka kalau anaknya berubah. Kemudian ibu Malin Kundang mengutuk Malin Kundang menjadi batu.Tak berselang lama, angin dan petir bergemuruh dan menghancurkan kapal yang dinaiki Malin Kundang. Tak hanya itu, tubuh Malin Kundang Kaku dan menjadi batu yang menyatu dengan karang.Tamat
Kalandra Arrasyid Nugroho
2 bulan yang lalu
Endang Aminudin Aziz merupakan seorang laki-laki berusia 56 tahun, lahir pada 16 November 1967.Jabatannya yang kini sebagai Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah dijalani sejak Mei 2020.
Endang Aminudin Aziz menjadi orang berpengaruh dalam AI karena telah menyelamatkan lebih dari 700 bahasa di Indonesia. TIME mengatakan tugas Endang adalah tugas yang berat.Bahasa Indonesia terdiri dari banyaknya aksara atau simbol tulisan untuk direkam dan dilestarikan, namun sayangnya tak banyak dari mereka didokumentasikan secara memadai. Endang Aminudin Aziz dapat mengatasi masalah dokumentasi bahasa Indonesia tersebut.
Rasyid Rizki Aldillah
2 bulan yang lalu
Hari ini saya membaca tentang kisah Shahih para nabi dan rasul berdasarkan Kitab Ibnu Katsir yang menceritakan tentang kisah-kisah para 25 Nabi penulisnya adalah penulis Abunnada
Kevan safaraz Anrasmid Khan
2 bulan yang lalu
Buku Timun Mas dari cerita Timun Mas adalah orang yang memiliki niat awal jahat, pada akhirnya akan celaka dan tidak akan berakhir baik. penulisnya Rahmah Asa
Aprilia Natasya
2 bulan yang lalu
Prof. H. Endang Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., adalah Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia sejak tahun 2020. Beliau meraih gelar S-2 dan S-3 dalam bidang linguistik dari Monash University, Australia.
Pada tahun 2024, Prof. Aminudin diakui sebagai salah satu dari 100 tokoh paling berpengaruh dalam bidang kecerdasan buatan (AI) versi Majalah TIME. Penghargaan ini diberikan atas dedikasinya dalam melestarikan lebih dari 700 bahasa daerah di Indonesia. Beliau memanfaatkan model bahasa besar (LLM) dan bekerja sama dengan universitas, aktivis bahasa, serta komunitas lokal untuk mengumpulkan data bahasa. Selain itu, Badan Bahasa di bawah kepemimpinannya sedang mengembangkan alat AI untuk menilai vitalitas bahasa-bahasa lokal di masyarakat.
Dari upaya yang beliau lakukan membuat banyak inspirasi bagi masyarakat bahwasanya AI memiliki peran penting dalam memelihara warisan budaya.
Ety Subekti
2 bulan yang lalu
Masih meneruskan Buku, Buya Hamka karya A. Fuadi. sampai pada Hamka akhirnya mendapatkan kursinya sendiri bukan di beri kursi atau d carikan kursi, ketika Hamka masuk ke konstituante dan menjadi anggota dari partai Masyumi, Hamka sangat kecewa dengan pandangan Bung Karno yg lebih dekat dengan partai komunis dan sepertinya sudah tidak sejalan pemikirannya padahal Islam lah yg telah membersamainya sejak menjadi pemimpin parlemen pada masa pendudukan Jepang.