JAKLITERA sekarang ada versi mobile lho! Unduh Aplikasi

5.0

/5
1
0
2
0
3
0
4
0
5
5

Ulasan (5)

Semua
1
2
3
4
5

Anonim

5 bulan yang lalu

Beneran tercandu candu. Alurnya ga ngebosenin dan pesannya tuh ngena bgt. "Kita sering lupa tujuan hidup kita dan kemana langkah kaki harus pergi selepas hidup ini." Ada cerita epik jg dari kisah 2 petani, dan plisss deh tuan salonga kenapa bawa2 asam urat segala sih, ngakak bgt woii. Cuman ya gitu, gemess bgt sama endingnya, ga terima klo lembarannya udh abiss aja...Next harus baca yg Pulang Pergi si ini..

Anonim

8 bulan yang lalu

Ceritanya keren

Anonim

1 tahun yang lalu

Seseru ituu 😭😭 yok bisa yok, Pulang-Pergi ada di Peroys Jakarta 🙏🏼

Anonim

1 tahun yang lalu

Buku Tere Liye selalu bagus, kondisi buku juga sangat baik

Azma Tsabita Azzahra

1 tahun yang lalu

Menggugah dan menguras imajinasi, khayalan dan emosi, tapi juga penuh wawasan seputar ekonomi dan politik dunia yang gelap, entah pada masa kini atau masa depan, nyata atau fana. Setidaknya pantas untuk menambah persepsi tentang elit globalism. Berlatar suasana canggihnya masa depan, novel Pergi mengisahkan kehidupan Bujang, aka Si ****** Hitam aka Agam, yang aiangkat menjadi anak Tauke Besar, baru mengemban amanah menjadi kepala keluarga Tong menggantikan bapak angkatnya, salah satu dari delapan keluarga penguasa shadow economy dunia yang begitu gelap gemerlap, bergerak dan berkembang besar dalam bayang-bayang. Dalam kesupersibukannya, Bujang terlalu sering dan banyak bertanya-tanya. Ia buta tentang kenangan-kenangan masa lalu keluarga lamanya yang malang, hancur dan menyakitkan. Dalam kekayaan keluarga yang memegang bisnis separuh dunia, setiap hari bertarung hidup atau mati mempertahankan bisnis besarnya, Bujang tak merasakan bahagia yang sesungguhnya. Tetap, ia mempertanyakan, kemana langkah kakinya akan dibawa, pergi. Aku dibuat berseru tak sabar saat membaca kepingan kenangan demi kenangan masa lalu keluarga Bujang. Yang menyisakan romansa indah, sekaligus menyesakkan. Perang demi perang keluarga bisnis dunia juga penuh ketegangan. Membuat kepalaku berisik dengan suara bom, pistol, samurai bahkan shuriken. Aku juga ****** penggambaran watak dan perawakan tokoh-tokohnya yang menghidupkan cerita, begitupun detail latar tempat yang berkeliling dunia membuat liar otakku membayangkan suasana luar negeri. Kekurangan novel ini bagiku, --karena aku masih awam dalam mengulas--hanya membuatku tidak bisa tidur malam hingga pagi . Dari keseluruhan cerita mengagumkan ini, tertangkap olehku. Sejatinya, kita pergi untuk kembali. Ke tempat dimana kita merasa pulang. Tapi intinya bukan kemana tempat yang dituju, justru tentang diri yang menyiapkan, memenuhi, dan membawa bekal apa dalam perjalanan. Memilih jalan-jalan terbaik yang mau kita tempuh. Terimakasih penulis, dengan segala kisah perjuangan yang tertoreh dalam novel ini, otomatis aku menambah bekal untuk kepergianku juga.