JAKLITERA sudah ada versi mobile lho! Unduh

Ulasan - Ngobrolin komik (1)

5.0

/5
1
0
2
0
3
0
4
0
5
1

Ade Damayanti

1 bulan yang lalu

Komik dulunya dicap sebagai bacaan sederhana, pengisi waktu luang, bacaan kurang berbobot, bukan bacaan serius, dan mungkin bacaan untuk mengisi waktu saja karena minim pengetahuan di dalamnya. Kastanya dibawah buku text book (full text). Kalau melihat dari jumlah eksemplar, komik manga Jepang saat ini masih menguasai rak-rak toko buku. Tapi lain lagi jika medianya bukan komik fisik. Komik kini tidak lagi bergantung pada komik cetak. Komik sudah memiliki berbagai media sebagai media penyampai informasi. Bahkan IP-nya (intellectual property) bisa berkembang menjadi berbagai produk. Komik tidak  terdisrupsi hanya medianya yang beradaptasi. Beradaptasi dengan perkembangan zaman. Memenuhi selera konsumen yang tidak berminat membaca komik dalam bentuk kertas. Salah satu komik yang saat ini populer, contohnya adalah komik Tahi Lalat. Walau saya belum pernah membacanya dalam versi komik cetak, namun saya pembaca setia Tahi Lalat di sosial media. Komik Tahi Lalat juga hadir di layar lebar bioskop. Setiap penonton bioskop pasti kenal dengan tokoh ini. Pesan untuk menonton sesuai umur, tayang sebelum film diputar. Tahi lalat juga tampil di social media, akun instagramnya kini memiliki 6 juta follower. Tahi lalats memang rajin berkarya di sosmed, hampir tiap hari ada postingan komik baru. Umumnya sekitar 4 slide, kalau dibuat komik cetak mungkin 4 panel komik. Temanya bisa apa saja, kadang mengenai sesuatu yang sedang trend saat ini. Dengan teks yang sedikit, bernada humoris, bisa menyampaikan pesan dan menghibur. Bahkan kini Tahi Lalat sudah kolaborasi dengan maskapai Garuda Indonesia. Di badan pesawat Garuda, terukir gambar komik Tahi Lalas. Contoh lain adalah komik Si Juki. IP komik ini juga sudah berkembang menjadi merchandise dan lain-lain. Bahkan ia sudah memiliki toko merchandise sendiri di M-Bloc. Beberapa waktu lalu pada tahun 2022, Sri Asih, tokoh superhero wanita dari komik R.A Kosasih diangkat menjadi film layar lebar. Memang film-nya tidak meraih sukses besar seperti film-film Marvel dan DC. Semoga segera menyusul tokoh-tokoh komik Indonesia lainnya yang diangkat ke film layar lebar. Komik bisa menjadi salah satu media jurnalistik. Media untuk menyampaikan informasi yang akurasi faktanya bisa dipertanggungjawabkan. Contohnya adalah laporan jurnalisme Joe Sacco dalam bentuk komik. Joe Sacco mengenalkan sebuah bentuk baru sebuah laporan jurnalistik, yaitu laporan jurnalistik bergambar atau graphic novel (novel grafis). Ia sudah mengamati langsung situasi di Palestina dan Serbia. Laporan jurnalistiknya dibuat dalam bentuk novel grafis. Buku-buku beliau sudah diterbitkan dalam bahasa Indonseia. Ini menjadi laporan jurnalisme yang baru, menarik, faktual dan dapat dipercaya. Jika bicara mengenai novel grafis, tokoh pelopornya adalah Will Eisner. Komiknya yang saya pernah baca berjudul Contract with God (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia) mengenalkan publik akan sebuah novel grafis. Buku komik yang ditujukan untuk orang dewasa. Namanya kini diabadikan menjadi sebuah award "The Will Eisner Comic Industry Award", sebuah penghargaan yang diberikan kepada artis komik yang kreatif di Amerika. Sekarang ada juga komik dengan pesan filsafat seperti novel grafis Dunia Sophie. Membaca filsafat, tidak melulu berupa buku setebal gaban, tapi kini kita bisa membaca filsafat dalam bentuk komik/novel grafis. Sebuah alternatif cara asik untuk memahami filsafat. Dunia Sophie, buku tebal full text, kini bisa kita baca dalam bentuk novel grafis. Menarik melihat perkembangan dunia IP saat ini. Sebuah karya bisa dikembangkan dalam berbagai media. Menjadi keuntungan untuk bisnis. Sebuah buku bisa menjadi film layar lebar atau series. Sebuah tokoh komik bisa dikembangkan menjadi merchandise, maskot, brand ambassador sebuah brand, atau bisa dikembangkan menjadi games. Semoga semakin banyak kreator lebih rajin menghasilkan karya intelektual. Karya intelektual yang bukan hanya mengejar viral, tapi juga berkualitas dan memiliki value. Jika buku Scott MccLoud menjadi referensi bagus dari komikus luar, maka buku Ngobrolin Komik karya Seno Gumira ini merupakan referensi yang cukup lengkap bagi pembaca yang tertarik atau sedang melakukan penelitian dunia komik di Indonesia.[]