Ulasan - The strength in our scars (1)
3.0
/5Hestia Istiviani
7 bulan yang lalu
Sebelum nuntut punya partner dengan standar tertentu, check ourselves first, sudahkah kita berada pada standar tersebut? Misalnya, ketika pengin menjalin relasi dg orang yg nggak bakal bahas mantannya lagi. Sudahkah kita jadi orang yg nggak bahas mantan? "Scars" yg tercipta karena putus cinta atau patah hati memang nggak terlihat secara kasat mata. Berbeda dg bekas luka di kulit. Namun, scars tsb bisa menjadi sumber kekuatan untuk kita bangkit lagi. Bianca Sparacino bertutur dg lemah lembut dalam buku The Strength in Our Scars. Jujur ya, judulnya resemble with The Fault in Our Stars buatku 😅 Sparacino bilang bahwa patah hati memang menyakitkan, tetapi itu bisa juga dilihat sbg pertanda kalau something better bakal datang. Cuman... perlu diusahakan. Nggak bisa dipasrahkan gitu aja. Soalnya, kita seringkali stuck. Bahkan buat mengenali diri sendiri saja, kita nggak ngelakuin. Lalu, gimana caranya bisa jadi "kuat"? Makanya, dalam buku ini lebih banyak konten tentang be passionate with ourselves, be gentle, and be full of love. Klise sih. Tapi aku menemukan hal-hal yang relate (& terbukti!). Misalnya saja soal gimana aku ketemu @hasyemiraws . Sampai sekarang aja masih nggak nyangka kalau I finally meet someone who loves me that much 🥹 Mungkin, kalau aku nggak working on myself & berusaha memperbaiki toxic traits-ku, I won't meet him. Beberapa bagian The Strength on Our Scars terasa terlalu pendek. Cuma terdiri dari satu/dua kalimat. Ada juga yang cukup panjang & butuh dibaca pelan-pelan. Reading this book bring some lights to my heart. It is okay to be broken but please don't give up.