Ulasan - Tea for two (1)
4.0
/5
Ety Subekti
2 bulan yang lalu
Pernikahan bukan tujuan dari kehidupan, dengan menikah tidak akan menjamin hidup akan bahagia. Mempunyai pasangan yg terlihat baik pun tidak menjamin hidup akan baik baik saja. pandangan masyarakat, dongeng- dongeng bahkan nasihat nenek yang kurang bertanggung jawab telah membuai kita untuk mengiyakan bahwa pernikahan adalah akhir dunia yg membahagiakan. KDRT kerap terjadi, tidak hanya perempuan miskin dan tak berpendidikan tetapi semua perempuan bisa mengalami perlakuan tersebut. Seperti narkoba, seperti candu tanpa sadar Sassy (tokoh utama) kecanduan dengan penyiksaan dan penghinaan seperti itu. Jika, saat kita tidak mendapatkan jenis cinta seperti itu, kita merasa ada yg kurang. Perasaan tegang, adrenalin yang mengalir deras membuat hidup menjadi terasa lebih menggigit. Saya tidak bisa melepaskannya, jika saya berpisah dengannya, rasanya seperti ada kepingan diri saya yang hilang. (Sassy) Jika kita kehilangan pasangan, sebenarnya kita kehilangan diri kita sendiri. Kita menjadi tergantung kepadanya, karena bagian penting diri kita dimiliki oleh diri pasangan kita. Maka lepaskanlah perasaan tergantung itu, relakan sebagian diri kita, bagian yg sudah kita berikan kepada pasangan. Rasanya memang menyakitkan, mengerikan waktu membayangkan diri kita yang tidak akan utuh lagi, seakan-akan kita adalah makhluk aneh yang cacat. Tapi sebetulnya, kita mampu hidup seperti amuba, membelah diri tanpa kehilangan secuil pun dari apa yang kita punyai. Bercerai adalah keputusan yang sulit bagiku, membutuhkan waktu lama sekali untuk menyadari bahwa perceraian memang tak terelakkan bagi banyak pasangan, dan dalam kasus (Sassy).